Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Rani Syaefullah, Balita PSAB Sidoarjo, Penyandang Apert Syndrome

Sekarang Punya Jari untuk Hidup Mandiri

Senin, 03 November 2014 – 00:00 WIB
Rani Syaefullah, Balita PSAB Sidoarjo, Penyandang Apert Syndrome - JPNN.COM
CERIA: Rani Syaefullah (tiga dari kanan) dipangku Eny Heri Maryatun bersama teman-teman di PSAB Sidoarjo. Foto: Maya Apriliani/Jawa Pos

Rani baru rewel ketika berada di apartemen dan rumah sakit. Sebulan pertama, dia selalu menangis. Rani merasa asing di tempat baru itu. Apalagi suhu udara sangat jauh berbeda. Kondisi Sidoarjo cukup panas, sedangkan rumah barunya sangat dingin. Bertemu para dokter dan perawat asing juga menjadikan Rani kurang nyaman. Dia protes dengan tangisan.

Selama di Negara Kanguru, Rani dan Eny tidak mengalami kesulitan untuk makan. Bahkan, Eny biasa memasak sendiri untuk Rani jika tidak sedang di rumah sakit. Kala menjalani pemeriksaan di rumah sakit, Rani memperoleh makanan. Bahkan, setiap kali diperiksa, dia mendapat hadiah dari para dokter maupun perawat. ”Pulang ke Sidoarjo itu membawa boneka satu tas, hadiah dari sana,” lanjut ibu satu anak itu.

Bahkan, oleh rumah sakit, ulang tahun Rani pada 9 Desember juga dirayakan. Penentuan hari lahir tersebut berdasar saat Rani ditemukan. Berat badan bayi Rani saat ditemukan 3,8 kilogram dengan panjang 47 sentimeter.

”Bukan hanya Rani yang ulang tahunnya dirayakan, semua anak yang dirawat di sana juga dirayakan,” lanjut Eny. Eny merasa terharu dengan perjuangan Rani. Meski masih kecil, dia mampu bertahan melalui operasi besar.

Dalam operasi perdana pembedahan tengkorak, Rani masuk ruang untuk pembiusan dan operasi selama tujuh jam. Masuk pukul 08.00, keluar ruangan pukul 15.00 dan langsung ditempatkan di ICU (intensive care unit) sambil menunggu kesadarannya pulih. Dalam operasinya kali ini, Rani mendapat cobaan. Dia harus berada di rumah sakit untuk penyembuhan cukup lama. Lebih dari sebulan karena ada infeksi pascaoperasi.

Gara-gara infeksi itu pula, tengkorak Rani tidak hanya sekali dibuka. Untuk membersihkan infeksi, tengkoraknya dibuka lagi. ”Buka kepalanya sampai tiga kali,” imbuh Eny mengenang.

Setelah operasi di kepala sembuh, barulah Rani menjalani operasi pemisahan jari tangan. Butuh waktu berjam-jam juga untuk pembedahan jari karena prosesnya rumit. Di sini ketangguhan Rani kembali teruji. Dia tidak mengeluh sama sekali. Keceriaan sebagai anak tetap dia tunjukkan hingga sembuh dan kembali ke tanah air.

Rani kecil harus kembali berada di meja operasi untuk menyempurnakan tengkorak dan jari jemarinya pada Agustus 2013 hingga Januari 2014. Pembedahan kembali dilakukan untuk memperlebar volume tengkorak. Jari tangannya direkonstruksi agar lebih indah. Sebab, saat operasi pertama dulu, baru empat jari Rani yang pisah. Jari tengah dan jari manis masih menyatu.

Unit Pelayanan Teknis (UPT) Panti Sosial Asuhan Balita (PSAB) Sidoarjo merawat 53 balita. Sembilan di antaranya berkebutuhan khusus. Rani Syaefullah,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News