RAPBN 2022, Pemulihan dan Keberlanjutan ke Depan
Oleh: MH Said Abdullah, Ketua Badan Anggaran DPR RIPada tahun 2019 mengalami penurunan karena lifting minyak yang rendah, sehingga kontribusi miga terhadap PNBP 37,8%. Pada tahun pandemi kemarin kian mengalami kontraksi ke level 36,7%.
Seharusnya pemerintah menarget lebih tinggi lifting minyak pada tahun 2022 lebih tinggi, setidaknya seperti usulan saya diatas, sebesar 775 ribu barel/hari.
Lifting gas juga trus mengalami penurunan, tahun 2018 seebsar 1.145 ribu barel/hari, 2019 sebesar 1.057 ribu barel/hari, dan tahun 2020 sebesar 1.007 ribu barel/hari). Saya sepakat dengan target lifting gas yang ditetapkan oleh Pemerintah di tahun 2022.
Namun, target itu pada patokan atas. Patokan atas pemerintah di level 1.103 ribu barel/hari, dan usulan saya di 1.100 ribu barel/hari.
Pemerintah mengusulkan RAPBN 2022 dengan komposisi, pendapatan negara dikisaran Rp. 1.823,5-1.895,4 triliun. Pendapatan negara di topang dari penerimaan perpajakan Rp. 1.499,3- 1.528,7 triliun, PNBP Rp. 322,4 – 363,1 triliun dan hibah Rp. 1,8-3,6 triliun.
Sedangkan belanja negara dikisaran Rp. 2.630,6-2.776,6 triliun, dengan komposisi belanja pusat Rp. 1.859,6 – 1.991,6 dan transfer ke Daerah dan desa Rp. 771 – 785 triliun. Sehingga tingkat defisit dikisaran Rp. 807-881,3 triliun (4,5-4,8% PDB).
Komposisi pendapatan, belanja, dan defisit APBN 2022 yang saya sampaikan 27 April 2021 lalu sejalan dengan usulan pemerintah untuk target pendapatan, berbeda dibesaran belanja negara dan tingkat defisit APBN.
Saya mengusulkan reformasi belanja negara lebih efisien dengan pembaruan tata kelola subsidi LPG, pupuk, listrik dan penghapusan dana kompensasi BBM dan Listrik, termasuk evaluasi pembangunan infrastruktur.