Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

RAPBN 2022, Pemulihan dan Keberlanjutan ke Depan

Oleh: MH Said Abdullah, Ketua Badan Anggaran DPR RI

Kamis, 13 Mei 2021 – 11:28 WIB
RAPBN 2022, Pemulihan dan Keberlanjutan ke Depan - JPNN.COM
Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI MH Said Abdullah. Foto: Humas DPR RI

Seharusnya porsi investasi makin membesar dalam skema pembiayaan APBN. Pemerintah harus mulai shifting  sumber pembiayaan dari utang ke investasi. Idealnya pembiayaan utang maksimal 42% PDB dari posisi saat ini 38,5% PDB.

Postur RAPBN 2022

Pandemi Covid19 masih menjadi sumber ketidakpastian ekonomi, terutama dalam menyusun asumsi ekonomi makro tahun 2022. Proyeksi pemerintah atas asumsi Ekonomi Makro 2022 antara lain; pertumbuhan ekonomi 5,2-5,8%, inflasi 3%, kurs rupiah 13.900-15.000, ICP 45-55 USD/barel, lifting minyak 686-726 ribu barel/hari, lifting gas 1.031-1.103 ribu barel/hari.

Rencana Indikator ekonomi makro ini tidak berbeda jauh dengan usulan yang saya sampaikan pada rilis 27 April 2022 lalu, terutama pada target pertumbuhan, inflasi dan kurs rupiah.

Saya mengusulkan pertumbuhan ekonomi 5,0-5,5%, inflasi kisaran 3%, dan kurs Rp. 14.100-14.600. Berbeda dengan pemerintah ICP saya perkirakan di 60 USD/barel, lifting minyak bumi 775 ribu barel/hari.

Pada kuartal I 2020 ICP sudah bertengger di kisaran 59 USD/barel. Posisi ini tidak terlalu volatile di tahun depan, terlebih bila pemulihan ekonomi global terus bisa konsisten kearah yang positif.

Saya perkirakan tahun depan ICP dikisaran 60 USD/barel. Berbeda dengan asumsi pemerintah yang mematok rendah lifting migas. Memang sumur migas kita adalah sumur sumur tua, namun mematok target lifting minyak lebih rendah dari realisasi tahun 2019 sebesar 746 ribu barel/hari sangat minimalis. Padahal tahun 2022 pemerintah mematok PNBP lebih tinggi, dan penerimaan sumber daya alam adalah penopang PNBP Kita.

Selama lima tahun ini kontribusi penerimaan migas kita rata rata 35, 8% dari total PNBP. Rentang 2016-2018 penerimaan migas kontribusi terhadap PNBP terus naik 2016 sebesar 24,7%, 2017 sebesar 35,7%, dan 2018 sebesar 44,1%.

Pandemi Covid19 masih menjadi sumber ketidakpastian ekonomi, terutama dalam menyusun asumsi ekonomi makro tahun 2022.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close