Rayakan Iduladha di Surabaya, Hasto Ceritakan Dialog Religi Jokowi dan Bu Mega
"Karena itulah perkuat ekonomi rakyat, libatkanlah umat Islam dalam kegiatan ekonomi itu. Karena inilah subjek sejati Islam yang ada di Indonesia," kata Hasto mengutip pernyataan Megawati.
Hasto secara pribadi mengatakan, sikap demikian berbeda dengan tradisi di Orde Baru yang menjauhkan Islam dari perdagangan. Untuk mewujudkan itu, Presiden Jokowi bersama NU dan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Mar'uf Amin berupaya membangun ekonomi umat Islam.
"Itulah prinsip ketuhanan yang menyatu dengan tradisi kemanusiaan yang adil dan beradab. Tanpa ketuhanan yang bicara soal keadilan dan beradab, tak ada artinya," kata Hasto.
Hasto mengatakan, selama tiga tahun terakhir ini selalu merayakan Iduladha bersama warga Jawa Timur. Dia sengaja menyambangi masyarakat bawah atau yang dikenal dengan sebutan wong cilik.
Menurut Hasto, Jawa Timur punya arti yang bersejarah bagi partainya. Di Jawa Timur, Bung Karno lahir dan belajar Islam dari HOS Tjokroaminoto. Islam pula yang menginspirasi watak patriotisme dan nasionalisme Bung Karno.
Jawa Timur juga merekam jejak historis kultural PDIP dengan Nahdatul Ulama. Pada Oktober 1945, Bung Karno berkonsultasi dengan para ulama yang menghasilkan Resolusi Jihad.
Dari Resolusi Jihad pula akhirnya muncul peristiwa 10 November 1945 yang kini diperingati sebagai Hari Pahlawan. "Oleh Pak Jokowi kemudian dijadikanlah momen itu sebagai peringatan Hari Santri, demi memperingati bagaimana Resolusi Jihad menggerakkan rakyat di Jatim menjadi benteng kemerdekaan," ujar Hasto.
Selain itu, Hasto juga menyitir spirit Iduladha yang menurutnya bukan sekadar jalan pengorbanan demi keyakinan terhadap Tuhan. Sebab, berkurban juga sebagai cerminan tentang kepasrahan jiwa kepada Sang Maha Pencipta.