Rektor ITK: Saya Menilai Tak Berdasarkan Dia Berkerudung atau Tidak
Menurutnya, keduabelas mahasiswa tersebut juga memiliki nilai IP yang cukup tinggi. Budi menilai, seluruhnya juga memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang cukup baik.
"Saya senang sekali karena mereka ini ternyata pinter-pinter. IP mereka itu 3,9 dan 3,8. Bahasa Inggrisnya bagus. Orang tua pasti kagum lah. Dan mereka itu sangat open minded. Kemudian kami bicara mencari informasi tempat-tempat tujuan," jelasnya.
Budi menyayangkan banyak pihak yang salah paham dengan maksud dari isi tulisannya itu. Hal tersebut terjadi dikarenakan ada oknum yang menurutnya sengaja menggarisbawahi perihal sebutan penutup kepala dan manusia gurun.
"Itu yang menurut saya, sangat disayangkan. Dan orang tidak membaca tulisan aslinya," ungkapnya.
"Padahal saya menilai tidak berdasarkan dia pakai kerudung atau tidak. Nggak ada. Karena poin-poin yang dinilai bukan itu. Bahkan soal pertanyaan mengenai agama saja enggak ada. Jadi gak ada itu diskriminasi," jelasnya.
"Jadi maksud saya tidak seperti orang-orang yang pakai tutup kaya orang timur tengah kan banyak pasir, angin, panas gitu ya. Ya seperti gaya anak-anak muda seperti dulu. Dan saya tidak ada menyebutkan, menilai perempuan menggunakan kerudung saya akan nilai jelek," tambahnya.
Kendati demikian, Prof Budi sadar bahwa tulisan statusnya itu kekinian dipermasalahkan lantaran dianggap mendiskriminasi perempuan berhijab serta bermuatan SARA.
"Ya itu konsekuensi dari bahasa tulisan saya. Mungkin persepsinya akan berbeda-beda, ya. Saya menyayangkan karena banyak yang men-screenshot, kemudian dikasih pengantar seakan-akan saya tidak adil, diskriminatif. Itu yang menurut saya, saya sayangkan. Dan orang tidak membaca tulisan aslinya," ucapnya.