Rico Pasaribu
Oleh: Dahlan IskanMarko menduga satu orang yang masih dalam pemeriksaan itu adalah bos yang membayar juru bakar. Atau suruhan orang yang membayar. Bisa juga perantara dari perantaranya perantara orang yang membayar.
Rumah Rico yang kecil, hanya 3 x 4 meter, terbuat dari papan, memudahkan pembakarannya.
Dua orang itu ke rumah Rico pukul 03.00. Udara Kebanjahe selalu dingin. Bisa 21 derajat menjelang subuh. Apalagi di bulan Juli.
Rico tidur nyenyak. Dia baru diantar pulang pukul 00.00. Berarti baru tiga jam tertidur.
Istri Rico juga lelap. Pun anak kedua mereka. Istri Rico malam itu lagi tidur bersama satu-satunya cucu yang masih kecil.
Ini cucu dari anak pertama yang tinggal di kampung lain. Empat orang itu terbakar bersama. Tewas. Hangus.
Pembakaran itu sudah diatur agar tidak ada penghuni rumah yang selamat. Caranya: pertalite disiramkan di sekeliling rumah. Toh ukurannya hanya 3 x 4 meter. Bahkan, menurut Marko, hanya 2,5 x 4 meter. Api pun berkobar di segala arah. Setidaknya seisi rumah sulit bernapas dulu.
Meski polisi masih perlu waktu menggali motif pembakaran itu para wartawan di Karo sudah memastikan: terkait dengan berita yang ditulis Rico habis-habisan soal judi, narkoba, dan para backing-nya.