Rolling Stones
Dhimam Abror DjuraidDia tidak segan menyebut seorang kiai dan tokoh sepuh dengan sebutan ‘’otak sungsang’’. Hal itu dilakukannya terhadap Kiai Anwar Abbas dan Busyro Muqoddas. Ngabalin menyebut Kiai Anwar berotak sungsang, karena mempertanyakan kasus penistaan agama oleh Joseph Paul Zhang, April lalu.
Kiai Anwar meragukan kasus itu akan dituntaskan oleh Polri karena kapolrinya non-muslim. Kontan Ngabalin menyambar dengan menyebut Kiai Anwar otak sungsang. Btw, sampai sekarang sudah enam bulan, kasus Zhang belum dituntaskan oleh polisi, dan Zhang masih bebas berkeliaran di Eropa. Kalau begini, siapa yang otak sungsang?
Busyro Muqoddas, salah satu ketua PP Muhammadiyah dan mantan wakil ketua KPK 2020, juga disikat Ngabalin dengan sebutan otak sungsang. Muqoddas mengkritik pemecatan Novel Baswedan dan kawan-kawan sebagai bukti konkret pelemahan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Ngabalin langsung menyebut Muqoddas berotak sungsang.
Ngabalin juga tidak segan-segan menyerang dengan melakukan asosiasi terhadap hewan. Ketika mural bergambar pria mirip Jokowi viral, Ngabalin langsung menyalak dengan menyebut pembuat mural itu sebagai warga negara kelas kambing.
Mungkin, karena rekam jejaknya seperti itu, lalu muncul ide seniman mural untuk menggambarkan pria beserban dengan narasi ‘’504 Error’’. Bersamaan dengan itu muncul gelar Raja Penjilat untuk Ngabalin.
Kali ini, Ngabalin ternyata lebih tenang, tidak error. Tidak menyalak dan tidak menyambar. Dia malah menerima gelar Raja Penjilat demi pengabdian kepada bangsa dan negara.
Karena itu, untuk mengapresiasi kebaikan Ngabalin, sebaiknya gelar Raja Penjilat dibuat lebih keren dalam bahasa Inggris, yaitu ‘’The King of Rolling Stones’’. Jangan lupa, tampilkan juga logo lidah menjulur khas Rolling Stones. (*)