Rotasi Makam Muslim Ala Durban
Catatan Dani Nur Subagiyo, DurbanMinggu, 20 Juni 2010 – 04:11 WIB
Saif datang bersama ayah, ibu dan kakak perempuannya. Mereka warga asli Durban. Ahmed Ghazali, ayah Saif, mengaku datang berziarah seminggu sekali, atau kadang dua minggu sekali. Ketika ditanya tentang sejarah pemakaman itu, ia pun menyebutnya sudah sangat tua.
"Pemakaman ini sudah sangat lama. Mungkin dua generasi sebelum saya. Kalaupun masih terlihat tanah lapang, itu karena dilakukan semacam rotasi makam. Jadi, makam lama digali lagi, untuk kemudian diisi makam baru," urai Ahmed.
Untuk memilih makam lama yang akan digali lagi, sudah dilakukan penghitungan khusus. Artinya, hanya makam berusia minimal 30 tahun yang digali lagi, sehingga tidak ditemukan adanya tulang belulang manusia. (ang)