Rugikan Publik, Monopoli Kepemilikan Frekuensi Harus Dikoreksi
Selasa, 10 Januari 2012 – 16:35 WIB
“Itu pangkal masalahnya. Karena itu yang harus dikoreksi. Kami ingin pemerintah, dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika harus menjadi penegak aturan, tidak membuat tafsir sendiri yang merugikan publik,” kata Komeng.
Ditegaskannya, uji materi kepada Mahkamah Konstitusi (MK) merupakan langkah terakhir untuk menyelamatkan industri penyiaran. "Upaya ini sama sekali bukan untuk menyerang dan membatasi industri penyiaran, tapi kami ingin kembalikan ke roh awal yaitu penyiaran yang demokratis," tambahnya.
Dia mencontohkan, akuisisi PT EMTK atas Indosiar. Pemerintah melakukan pembiaran UU Penyiaran dikangkangi, padahal EMTK sendiri sebelumnya jelas-jelas melanggar uu dengan menguasai 2 frekwensi yakni memiliki SCTV dan O Channel. Pemerintah juga membiarkan grup Vivanews memiliki sekaligus 2 frekwensi yakni ANTV dan TVONE, bahkan pemerintah tutup mata saat grup vivanews melakukan go publik saham atas penggabungan 2 frekwensi itu. Jauh sebelumnya pemerintah membiarkan MNC grup menguasa 3 frekwensi yakni RCTI, GLOBALTV DAN MNCTV.(fuz/jpnn)