Ryamizard Ryacudu, Bapak Bela Negara Indonesia
Oleh: Ramses Wally, S.H“Kebanyakan mereka ini tidak bisa mendekati rakyat dan Khmer Merah. Mereka juga dikenal sombong, sehingga itulah akibatnya,” lanjutnya.
Sementara, perlakuan pasukan Garuda XII terhadap rakyat Kamboja sangatlah manusiawi. Kalau ada rakyat yang sakit, mereka tidak segan-segan mendatangi dan mengobatinya. Dan, ini pula yang pernah dialami oleh komandan Khmer Merah. Selain itu, “Sebelum terekrut sebagai bagian dari Kontingen Garuda, kami diseleksi dan harus menjalani pembinaan selama tiga bulan. Setiap personel yang masuk itu memiliki kelebihan,” ujar seorang mantan anggota pasukan Garuda XII.
Ketika mengakhiri masa tugasnya yang juga berhasil membebaskan sandera 11 perwira asing, parade pun dilakukan Bp. Ryamizard. Yang membuat Bp. Ryamizard terharu adalah ini adalah saat melakukan defile keliling kota menjelang berakhirnya masa tugas Pasukan Garuda XII B itu, rakyat di Kamboja banyak yang turun gunung hanya ingin melihat pasukan Indonesia (TNI). Mereka benar-benar sangat mengelu-elukan kehadiran pasukan TNI. Makanya, ketika di dalam negeri ada pihak-pihak yang menuding TNI melanggar HAM, sementara rakyat negara lain mengelu-elukan TNI, Bp. Ryamizard merasa “teraniaya”.
Seorang mantan anggota Pasukan Garuda XII yang lain bercerita, medan di Kamboja itu sangatlah berat. Banyak pasukan dari AS yang menjadi korban dan tewas terbunuh di sana. Karena banyak diantaranya yang senang pada perempuan dan tidak mau bayar. Perempuan-perempuan inilah yang “menghabisi” tentara asing (terutama dari AS) dengan memotong kemaluannya ketika mereka sedang berkencan dengan perempuan. Ini ditakuti oleh sebagian besar pasukan asing di Kamboja, selain pasukan Khmer Merah. Sehingga, ketika terjadi penculikan dan penyanderaan 11 perwira asing, tidak ada satu pun pimpinan pasukan PBB yang berani membebaskannya. Setelah “kepepet” barulah Kepala Pemerintahan Sementara menunjuk Letkol Ryamizard Ryacudu untuk membebaskan mereka.
Desain Strategi Pertahanan Smart Power
Ryamizard juga menyampaikan pada saya bahwa kedepannya belum ada tanda-tanda Indonesia akan terlibat perang dengan negara manapun. Oleh karena itu konsep stregi pertahanan Indonesia harus disesuaikan dengan kondisi terkini dan juga dengan berbagai analisa ancaman yang ada. Sistem itu berupa perang total atau total warfare yang merupakan kombinasi antara pembangunan kekuatan hard power dan soft power.
Kekuatan hard power terdiri atas kekuatan rakyat, TNI dan kesiapan Alutsista. Sementara kekuatan soft power berupa mempengaruhi mindset atau pikiran dan diplomasi pertahanan kawasan. Sistem smart power ini untuk mengantispasi tiga acaman yaitu:
1. Ancaman fisik yang nyata.
2. Ancaman nyata.
3. Ancaman nonfisik yakni merusak mindset bangsa.
Jenderal Ryamizard juga mengemukakan penanganan aksi kejahatan terorisme melalui pendekatan semesta. Pendekatan itu sebagai bagian dari fungsi pertahanan negara untuk melindungi keselamatan segenap bangsa. Penanganan ancaman terorisme dilaksanakan dengan pendekatan preventif, koersif, dan preemptive, atau represif.
Beliau tegaskan aparat teritorial turut berperan dalam penanganan dengan pola preventif dengan mengintensifkan fungsi intelijen, komando kewilayahan, serta unsur- unsur militer lainnya. Fungsi intelijen di setiap kesatuan dan strata, baik dalam wujud intelijen manusia maupun intelijen teknik, diberdayakan baik untuk mengungkap jaringan dan aktivitas di seluruh wilayah Indonesia maupun anasir-anasir dari luar wilayah Indonesia.
Saya menilai konsep dan strategi pertahanan negara Abad XXI telah berhasil dirumuskan oleh Jenderal Ryamizard Ryacudu secara visoner, briliyant dan full profesionalisme.
Akhirnya dengan rasa hati yang tulus, saya menyampaikan kepada Bp. Ryamizard Ryacudu agar beliau bersedia untuk dapat diangkat sebagai Anak Adat suku Babrongko Umandrouw, Papua.
Saya ingin nantinya sejarah mencatat, bahwa seorang Jenderal Besar Indonesia juga merupakan adalah anak Adat masyarakat Papua. Dan sekaligus saya sebagai Yo Ondofolo suku Babrongko Umandrouw, Papua akan memberikan gelar sebagai ”BAPAK BELA NEGARA INDONESIA ” kepada Jenderal Besar (Purn) Ryamizard Ryacudu.