Saat Kapten Afwan, Sully, Sampai Abdul Rozak Harus Berhadapan dengan Air
Pilot lantas mencoba untuk terbang menembus awan badai itu. Sekitar 90 detik setelah memasuki awan, pesawat turun ke ketinggian 18.000 kaki namun mendadak kedua mesin mati dan kehilangan daya dorong.
Pilot dan kopilot saat itu mencoba menghidupkan unit daya cadangan (auxiliary power unit/APU) agar mesin bisa kembali menyala.
Namun upaya itu ternyata tidak membuahkan hasil, hingga pesawat mencapai ketinggian 8.000 kaki pilot akhirnya memutuskan mendarat di anak sungai Bengawan Solo.
Pesawat berhasil mendarat di sungai dengan kondisi tidak mengeluarkan roda pendaratan serta tidak membuka sayap. Saat evakuasi kondisi pesawat mengalami kerusakan pada bagian hidung dan mesin.
Hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) saat itu menyebutkan pilot yang mengetahui kondisi di luar kokpit seharusnya tidak berupaya menembus awan.
Terakhir diketahui awan badai yang berusaha ditembus GA421 itu mengandung es, kondisi ini yang membuat mesin pesawat mati dan tak mau dihidupkan.
Peristiwa mendarat di permukaan air juga dialami pesawat Lion JT904 jenis Boeing 737-300 saat mendarat di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali dengan asal penerbangan Bandara Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat.
Pesawat yang dikendalikan Mahlup Ghazali dan kopilot asal India, Chirag Kaira, mendarat keras di perairan sebelah barat runway sehingga membuat badan pesawat terbelah menjadi dua bagian.