Sastia Pramana Putri, si Cantik Ilmuwan Dispora, Dosen Tetap di Osaka University
Tanpa pikir panjang, Sastia lagi-lagi menerima tawaran tersebut. Dia berpikir kesempatan tidak akan datang dua kali. Di samping bagus juga untuk ekonomi keluarga dan masa depan.
"Saat itu saya sering ke Amerika , akhirnya anak banyak diasuh sama orang tua dan suami saya. Di UCLA Amerika, saya kerja sama dengan seorang profesor Amerika. Itu proyek Jepang dan Amerika, saya jadi project leader. Satu-satunya perempuan yang memimpin laki-laki. Bisa dibayangkan bagaimana memimpin proyek pengembangan biofuel energi terbarukan dengan bugdet gede-gedean," paparnya.
Sastia menghadapi banyak tantangan. Awalnya kemampuannya diragukan. Apalagi Sastia bukan orang Jepang dan perempuan lagi. Mahasiswanya juga kadang memandang Sastia dengan tatapan aneh yang membuatnya keder.
"Tapi begitu saya tunjukkan performance bagus, akhirnya mereka hormat. Memang gak bisa instan. Dari situ akhirnya perjuangan saya membawa hasil," ucapnya.
Sastia menyadari tidak bisa hanya murni performance riset sebab pasti kalah dengan mereka yang laki-laki. Mereka punya waktu lebih banyak di lab, lembur hingga minggu. Beda dengan Sastia yang harus mengurus anak dan lainnya.
Dari situ Sastia terpikir bagaimana memberikan kontribusi yang tidak bisa dikerjakan orang Jepang. Akhirnya dia pilih untuk lebih banyak meng-handle kerja sama internasional. Misalnya kerja sama Indonesia dengan Jepang, mengurus doble degree.
Kerja keras Sastia membawa hasil. Pada 2016, dia mendapatkan posisi dosen permanen di Osaka University. Namun, di lubuk hati terdalamnya, Sastia ingin kembali ke Indonesia. Kumpul bersama suaminya yang juga dosen di Universitas Tadulako.
Namun, di sisi lain, Sastia melihat anaknya yang enjoy sekolah di Jepang. Sastia waswas bila hijrah ke Indonesia, putrinya akan kesulitan beradaptasi.