Satria Arief Prabowo, Pria Gifted 21 Tahun yang Sudah Jadi Dokter
Diterima S-3 di UK tanpa Gelar MasterSatria mengatakan benar-benar menikmati hadiah tersebut. Dia berkesempatan untuk bergabung dengan bidang yang disukainya. Yakni, vaksin. Sebab, sejak kuliah dia tertarik dengan vaksin. ’’Sesampainya di Belanda, saya malu,’’ papar kakak Safina Nurlita Sari dan Shaleh Azim Prabowo tersebut.
Maksudnya, untuk Belanda yang merupakan negara dengan angka kejadian TB sangat kecil, Satria mengira penelitian seputar TB pasti jarang dilakukan. Kenyataannya, Belanda sangat intens melakukan penelitian seputar TB.
Apalagi, lanjut dia, penelitian terbaru menunjukkan bahwa vaksin belum menjadi pencegahan yang efektif. Sebab, seseorang yang sudah vaksin masih mempunyai faktor risiko terkena suatu penyakit. ’’Efektivitasnya hanya 0–50 persen,’’ ucap Mahasiswa Berprestasi FK Unair 2012 tersebut.
Meski begitu, vaksin masih dirasa perlu daripada tidak sama sekali. Hal itulah yang terjadi di Indonesia. Satria juga bergabung dengan penelitian seputar MDR-TB atau multidrug resistant tuberculosis. Yaitu, kuman TB yang resistan.
Bila seorang pasien TB harus minum obat selama enam bulan berturut-turut, penderita MDR-TB minum obat selama 20 bulan berturut-turut.
’’Selain vaksin TB, di Groningen juga sedang dilakukan penelitian vaksin untuk MDR TB,’’ ujarnya sambil menunjukkan bukti karya ilmiahnya berjudul Targeting Multidrug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) by Therapeutic Vaccines yang sudah dipublikasikan dalam jurnal internasional tersebut.
Selama wawancara dengan Jawa Pos, Satria tidak hanya berbicara panjang dan detail. Dia juga membawa banyak bukti karya ilmiah, surat-surat yang menunjukkan prestasinya.
Bagi dia, hitam di atas putih sangat penting untuk bukti. Barangkali hal itu terjadi pada gifted yang lain.