Satu Bulan Wafatnya Jiang Zemin
Oleh Darwin Iskandar*Tanpa adanya tesis Jiang itu, perekonomian Tiongkok tidak mungkin bisa seperti yang dinikmati oleh rakyat RRT saat ini. Apabila Jiang menempuh jalan antireformasi dan keterbukaan yang menjadi pandangan faksi konservatif, bisa saja perekonomian Tiongkok tidak ada bedanya dengan negara-negara sosialis lainnya seperti Kuba maupun Korea Utara.
Meskipun tidak runtuh seperti Uni Soviet, Tiongkok diisolasi oleh negara-negara kapitalis Barat dan sekutu-sekutunya. Ekonomi politik yang diterapkan oleh RRT pada masa kepemimpinan Jiang diformulasikan dalam terminologi Ekonomi Pasar Sosialis.
Pada Kongres Nasional ke-14 PKT, Jiang menguraikan secara singkat tentang Ekonomi Pasar Sosialis yang menurutnya telah diadvokasi oleh pemimpin PKT Generasi Kedua sejak Kongres ke-11 PKT. Pada Kongres PKT ke-12 telah dirumuskan bahwa perencanaan adalah yang utama dan regulasi pasar merupakan hal sekunder.
Kemudian pada Sidang Paripurna Ketiga, Komite Sentral PKT mengambil kesimpulan bahwa ekonomi komoditas adalah tahap yang tidak dapat dilewati dalam pembangunan sosial ekonomi. Ekonomi sosialis Tiongkok adalah ekonomi komoditas terencana berdasarkan kepemilikan publik.
Kesimpulan itu dipertegas kembali pada Kongres Nasional PKT ke-13 yang di dalamnya menyatakan bahwa ekonomi komoditas terencana sosialis harus menjadi sistem yang mengintegrasikan perencanaan dengan regulasi pasar (Zemin, 1992).
Oleh karena itu, menurut Jiang, PKT harus secara tepat mengenali dan menangani hubungan antara perencanaan dan pasar, serta menjadikan Teori Deng Xiaoping tentang Sosialisme Berkepribadiaan Tiongkok sebagai pedoman PKT.
Jalan yang ditempuh oleh PKT membangun sosialisme melalui pasar, menurut Ketua Komite Sentral Partai Komunis Jepang Fuwa Tetsura (2002:2-5), sebenarnya juga dilakukan oleh V.I. Lenin dalam menerapkan Kebijakan Ekonomi Baru yang dimulai pada Maret 1921.
Lenin pada awalnya menolak mengadopsi ekonomi pasar dengan mengadopsi kebijakan “pertukaran hasil produksi” yang mengatur petani untuk membarter jagung dengan komoditas industrial dan produk lainnya dari perkotaan. Akan tetapi, kebijakan ekonominya itu tidak berhasil.