Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Sebuah Penggalan Masa Lalu yang Megah dan Kukuh

Minggu, 14 Juni 2015 – 01:43 WIB
Sebuah Penggalan Masa Lalu yang Megah dan Kukuh - JPNN.COM
PETILASAN: Bayon berdiri tegak. Kompleks candi itu berisi banyak candi kecil. Bentuk yang banyak ditemui di sana adalah muka Suryawarman. (Ira Kurniasari/Jawa Pos)

Banyak pengunjung yang mengabadikan sunrise. Yaa, sayangnya saya terlambat. Ok. Masuk ke kawasan Angkor Wat, saya disapa oleh banyaknya pedagang buku, celana kain, dan kipas.

Bila buta Angkor Wat, kita bisa menggunakan jasa pemandu tur yang mengenakan seragam peach. Sementara itu, petugas keamanan mengenakan seragam berwarna biru muda. Mereka akan mengecek tiket Anda.

Angkor Wat merupakan sebuah kuil yang berada di Angkor, Kamboja, dibangun pada pertengahan abad ke-12 oleh Raja Suryavarman II dan masih berdiri kukuh hingga kini. Bangunan terdiri atas lima menara tinggi menjulang dengan candi-candi kecil di sekitarnya.

Banyak yang mengabadikan gambar. Ada pula yang kepo dengan sejarah. Tidak jarang yang memberikan donasi ke beberapa biksu yang kemudian sebagai imbalan memberikan seutas gelang merah. Mereka berdoa untukmu. Saya menjajalnya. Gelang merah itu berpindah di tangan kanan saya menemani perjalanan hingga pulang ke tanah air.

Bukan hanya Angkor Wat, candi-candi kecil juga ada di kompleks Bayon dan Ta Prohm. Ta Prohm itu pernah menjadi salah satu lokasi syuting Lara Croft: Tomb Raider yang dibintangi Angelina Jolie pada 2011. Pas ke sana, beberapa titik candi sedang diperbaiki, termasuk lokasi syuting itu. Selfie pun jadi tidak maksimal. Mana tongsis, mana tongsis…??!

Cukup tujuh jam saya mengunjungi kawasan Angkor Wat. Jam tangan menunjukkan pukul 12.00 dan saya berada dalam perjalanan kembali ke hostel. Sepuluh jam menunggu bus ke Phnom Penh saya habiskan dengan menonton The Wolf of Wall Street bersama solo backpacker lainnya di lobi hostel dan jalan-jalan di night market. Suasananya sama dengan pasar malam di Surabaya.

Mencari moda transportasi yang berbeda, saya memilih sleeping bus Giant Bus dari Siem Reap ke Phnom Penh. Biayanya 15 dolar Amerika. Fasilitasnya lumayan untuk yang doyan internet. Sebab, bus itu ditunjang wifi dan colokan plus air minum. Saya sih tidak masalah. Kasurnya pas untuk ukuran orang Asia. Tapi, untuk bule, mereka musti menekuk kaki. Bye Siem Reap… (*/c17/dos)

 

SANGAT bersyukur saya berkesempatan mengunjungi Kamboja dan Vietnam dalam kurun waktu lima hari. --------------- Ira Kurniasari, Wartawan Jawa Pos

Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

BERITA LAINNYA