Sebut Novel Baswedan Otak Pembunuhan, GERTAK Desak Kejagung Bergerak
jpnn.com, JAKARTA - Kelompok pengunjuk rasa yang mengatasnamakan Gerakan Rakyat Tangkap Novel Baswedan (GERTAK) menuding Kejaksaan Agung (Kejagung) mandul terhadap penegakan hukum.
Alasannya, Korps Adhyaksa yang kini dipimpin oleh ST Burhanuddin itu tidak memproses penyidik senior KPK Novel Baswedan dalam perkara penganiayaan terhadap pencuri sarang burung walet di Bengkulu.
Untuk menyuarakan tuntutan itu, GERTAK menggelar aksi di depan Kejagung, Jakarta Selatan, Jumat (3/1). Koordinator GERTAK Rahman saat memimpin aksi menyatakan, Kejagung sudah bermain politik dalam kasus Novel.
"Kasus pembunuhan dan penganiayaan di Bengkulu karena masalah pencurian sarang burung walet berakibat hilangnya nyawa seseorang. Jika ingin menegakkan hukum, tidak dibenarkan juga menganiaya bahkan membunuh rakyat kecil," kata Rahman.
Memang, Novel pernah menjadi Kasatreskrim Polres Bengkulu yang menangani kasus pencurian sarang burung walet pada 2004. Mantan polisi dengan pangkat terakhir kompol itu diduga menganiaya dan menembak tersangka pencurian yang akhirnya tewas.
Menurut Rahman, tidak seharusnya Novel yang kala itu sebagai polisi bertindak semena-mena hingga mengakibatkan hilangnya nyawa warga. Oleh karena itu, kata Rahman, lulusan Akpol 1998 tersebut harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.
“Semua orang sama di mata hukum tanpa ada kecuali. Novel Baswedan seakan tidak pernah menyadari itu, mungkin baginya dengan menganiaya dan membunuh rakyat kecil sangatlah gampang, akan tetapi hukum di negara kita sebagai panglima tidak akan pernah padam," jelas dia.
Sebelumnya Kejagung pada Februari 2016 menerbitkan surat keterangan penghentian perkara (SKPP) Novel. M Prasetyo yang kala itu menjadi Jaksa Agung beralasan kasus itu kurang bukti dan sudah kedaluwarsa.