Sedap… Kepiting “Borneo†Dandito Merayap ke Jalan Kuta Bali
“Sup ikannya juga tidak ada rasa amis. Ca kangkungnya juga lezat. Begitupun Tauge ikan asin yang dimasak setengah matang. Tahu gorengnya, juga khas. Saya tidak tahu bagaimana memasaknya, bagian luarnya tidak kelihatan gosong, tapi bagian dalamnya matang keras. Kalau digigit, masih ada perlawanan dari tahu itu. Tidak seperti tahu Sumedang yang gembos di dalam. Juga tidak seperti tahu Kediri yang terlalu padat sehingga cepat mengenyangkan. Ini benar-benar pas,” jelas Arief Yahya.
Kepiting lemburi-nya, kata Arief Yahya, juga sangat menantang. Gurih, ujungnya kriuk, dibalut telor tipis, cangkangnya bisa langsung digigit dan dimakan. Empuk dan “berbahaya” bagi yang sedang diet. Bisa terancam banyak makan, dan sulit berhenti di sana. “Nggak percaya? Silakan coba sendiri,” sebut Marketeer of The Year 2013 versi MarkPlus ini.
Menpar pun bertanya kepada salah seorang karyawan Dandito Resto, “Kepiting yang ada telornya masih ada?” Entah itu pertanyaan serius dari Arief Yahya, atau hanya sebatas mengetes saja? Apa jawabannya? “Nggak ada pak? Kan dilarang? Biar telornya menetas, dan banyak menghasilkan kepiting lagi?” jawabnya. Menpar pun giliran minta difoto dengan si anak itu. “Betul, pintar kamu. Nanti dimarahi Bu Susi, kalau tidak menjaga kelestarian kepiting (Susi Pudjiastuti, Menteri KKP),” kata Arief sambil tersenyum.
Wisman darimana saja yang paling banyak datang ke Dandito Kuta sini? “Paling banyak China, Korea, Prancis, Inggris, Jerman dan lainnya. Mereka kalau sudah sekali makan di sini, berhari-hari selalu mempir ke sini dengan memesan menu yang berbeda-beda. Makan siang dan makan malam bisa berbeda pesanan,” aku yang akan terus berkeliling resto untuk mengangkat kuliner nusantara. Jadi siap-siap aja, yang mau dikunjungi Menpar Arief Yahya.(dkk/jpnn)