Sejarah dan Rahasia di Balik Kenikmatan Coto Makassar
Sedangkan masyarakat di luar kerajaan tidak pernah merasakan nikmatnya daging.
“Pasti aku bisa menjadikannya sesuatu yang enak dengan bagian dalam perut ini (Jeroan, Red). Jadi masyarakat bisa merasakan nikmatnya daging,” gumamnya seorang diri kala itu, seperti yang disampaikan Rusdi.
Kala itu, Toak memiliki kekerabatan yang baik dengan pedagang rempah-rempah dari Tiongkok, Persia, dan beberapa negara lainnya.
Maka tak heran jika dia memiliki beragam ramuan bumbu dapur, baik rempah dari Indonesia maupun negara-negara lain.
Akhirnya dengan segala keahliannya, dia mulai membersihkan jeroan itu. Mengukus dan meracik bumbunya.
Namun anehnya dia tidak menggunakan santan sebagai campuran kuah. Tetapi air beras dan diberi kacang.
Akhirnya hidangan yang kita sebut Coto Makassar tersebut jadi dan dibagikannya kepada warga miskin di sekitar kerajaan. Bahkan Toak juga menyajikan kepada rekan-rekannya dari negara lain yang kebetulan ada di kawasan itu.
Mereka menyebut, kuliner yang diciptakan Toak sangat nikmat. Hingga akhirnya dia pun percaya diri untuk menyuguhkan hidangan tersebut kepada sang raja.