Sejumlah Daerah Masih Kekurangan Soal Unas
Untuk daerah terpencil, lanjut dia, pihak percetakan telah mengirim cadangan berbarengan dengan pengiriman lembar soal dan jawaban. Dengan catatan, cadangan tetap akan mendapat pengawasan khusus dan baru diserahkan saat hari H.
"Jadi kami minta semua pihak tidak panik. Karena semua dapat teratasi," jelasnya.
Atas masalah yang terus terulang tiap tahun ini, Nizam enggan dibilang tidak becus. Menurutnya, human error akan sangat sulit untuk dihindari. Selain itu, menurutnya, prosentasi kekurangan lembar soal dan jawaban sangat rendah.
"Dari 3,5 juta amplop, paling hanya sekitar 100 amplop yang kurang. Tentu tidak bisa dibilang kebobolan. Jumlahnya juga terus menurun," ungkapnya.
Kurangnya jumlah lembar soal dan jawaban ini memunculkan spekulasi adanya unsur kesengajaan. Ada pihak yang sengaja menyisihkan soal untuk kemudian dapat dipergunakan berbuat curang. Misalnya, untuk bocoran soal atau jawaban pada para siswa peserta ujian. Tujuannya tentu, agar nilai siswa dapat didongkrak. Meski, saat ini nilai sudah tak lagi jadi tolak ukur kelulusan.
Nizam mengaku telah mengantisipasi hal itu. Karenanya, tim monitoring Kemendikbud telah dikirim ke seluruh provinsi untuk melakukan pengawasan sejak Jumat (10/4).
"Selain itu ada indeks integritas. Jadi akan ketahuan kalau ada yang curang," terangnya.
Namun, jika tindak kecurangan benar terjadi. Nizam menegaskan, Kemendikbud tidak akan segan-segan member sanksi. Bukan hanya sanksi administratif, Kemendikbud juga tidak akan ragu menyeret kasus itu ke ranah hukum.
Sementara itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan justru mewanti-wanti pihak orang tua murid tidak menekan anak mereka. Tekanan itu dimaksutkan pada proses belajar yang dilakukan hingga melebihi batas wajar. Seperti belajar hingga tengah malam.