Sejumlah Tokoh Soroti Demokrasi Indonesia di Tengah Pandemi dan Resesi Ekonomi, Simak Komentarnya
Kewenangan tanpa perimbangan yang dimiliki polisi, makin hari makin menguat. Rezim otoriter Orba memiliki tentara sebagai alat pukul utamanya. Bukan tidak mungkin lahirnya rezim otoritarian baru akan disokong oleh alat pukul yang baru ini.
Pegiat Demokrasi yang juga dosen UNJ, Robertus Robert menegaskan kalau demokrasi baru tumbuh apabila ada partisipasi dari warga negara. Memperkuat dan menyehatkan partai politik merupakan bagian penting dalam Demokrasi.
“Dalam dua tahun terakhir, civil society sudah mulai siuman sejak adanya polarisasi akibat Pilpres 2014,” kata Robert.
Arif Zulkifi, Kepala Pemberitaan Korporat Tempo Media, memaparkan tantangan yang dihadapi dunia pers di tahun 2021 berdasarkan apa yang dijalani di tahun 2020.
Pandemi bagaimanapun membatasi mobilitas dan mempengaruhi cara kerja dunia pers. Pertama, Pers bekerja di bawah ancaman UU ITE yang membuat pers bisa dikriminalisasi, dan serangan dari pihak-pihak anti demokrasi berupa doxing dan hacking.
Hacking kekinian bukan sekedar situs tidak bisa diakses, melainkan usaha menghapuskan dan menambahkan berita. Belum lagi situasi pandemi memunculkan permasalahan ekonomi di industri media.
Lalu, masih adanya pemahaman yang belum seragam di kalangan pers. Bagaimana media bisa memiliki perhatian, konsistensi dengan sikapnya, menjalankan tugas di tengah masyarakat yang terbelah.
Ada enam nyawa yang melayang, bagaimana kita bisa melihatnya sebagai isu kemanusiaan, terlepas mereka berbalut baju apa, punya ideologi dan pandangan politik seperti apa. Koridor nilai-nilai kemanusiaan ini yang mesti menjadi pegangan bersama.(fri/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!