Sekelompok Pemuda Berbaju Hitam Mondar-Mandir saat Ganjar Datang, Siapa Mereka?
Namun, setelah adik iparnya yang seorang jurnalis positif Covid-19, Miftah mendapatkan ide yang brilian.
"Adik ipar saya itu waktu keluar rumah sakit, mengenakan kaus bertuliskan Pernah Positif. Itu sikap yang sangat positif, tidak takut di-bully. Setelah difoto dan di-posting di media sosial, ternyata banyak orang yang mendukung dan banyak penyintas yang pesan kaus untuk kampanye melawan stigmatisasi itu," jelasnya.
Dari berjualan kaus itu, keuntungannya disisihkan untuk membantu pasien Covid-19 baik yang di rawat di rumah sakit atau isolasi mandiri.
Segala kebutuhannya dipenuhi, dengan estimasi budget per pasien Rp120.000. Mereka yang positif Covid-19 dicari kontaknya, dihubungi, diberikan semangat, motivasi dan juga dipenuhi keinginannya dengan uang itu.
"Jadi kami belikan kebutuhannya. Ada yang pengen sate ya kami belikan sate. Ada yang butuh pembalut, kami belikan. Intinya tidak hanya membantu pemenuhan kebutuhan, yang paling penting adalah menguatkan pasien agar merasa tidak sendiri," jelasnya.
Awalnya gerakan itu hanya kecil. Namun, ternyata, para pasien Covid-19 yang pernah dibantu, setelah sembuh ikut berdonasi dan bahkan mau jadi anggota relawan.
Akhirnya, donasi yang terkumpul dan sukarelawan yang bergabung cukup banyak.
"Total saat ini ada 25 relawan Covid Rangers. Setiap hari kami mengecek ada berapa pasien Covid-19, mereka butuh apa, dan lainnya. Kami juga aktif mengedukasi masyarakat agar tidak mengucilkan penyintas," terangnya.