Selamat Setelah 32 Jam Terjebak di Kolong Jembatan
Pada Minggu (12/1) sore, laki-laki beruntung yang mengaku tak bisa berenang itu tengah beristirahat saat air kali Ciliwung mulai naik. Seperti biasa, Ibunya dievakuasi oleh adiknya ke Mushala. Namun, Yuniarta tetap bertahan di bawah kolong jembatan karena yakin air tidak akan sampai menyentuh kolong jembatan tersebut.
Ditambah lagi, katanya, saat tidur-tiduran di kolong jembatan itu dia seolah mendengar bisikan. "Saya dengar ada bisikan, "sudah tidur saja, air masih lama naiknya"," kata Yuniarta menirukan bisikan yang dia dengar.
Pria yang mengenakan jaket warna biru dongker yang sudah mulai kusam itu lantas tertidur dan kembali bangun sekitar pukul 18.00 WIB menjelang Magrib, Minggu. Tapi sayang, air sudah menutup beton sisi kanan dan kiri jembatan, sehingga hanya tersisa ruang sekitar 1,5 meter di kolong jembatan tempat dia berada.
"Sebelum HP (handphone) mati, Saya sempat SMS teman saya, bilang saya terjebak di gorong-gorong, gak bisa keluar. Gak lama HP saya mati kerendam," ujar Yuniarta.
Saat itulah perjuangan bertahan hidup Yuniarta dimulai. Sampai Minggu dan Senin pagi, air terus naik dan menyisakan sedikit saja ruang bernafas di kolong jembatan itu. Dia juga tidak berani ambil resiko menyelam keluar dari gorong-gorong karena tidak bisa berenang.
Belum lagi arus kali Ciliwung saat itu sangat deras sampai-sampai petugas evakuasi dari TNI saja kewalahan mengevakuasi warga.
Di dalam gorong-gorong itu, Yuniarta harus berjuang melawan rasa dingin yang beberapa kali membuat kakinya keram. "Saat itu saya pegangan di besi cor-an jembatan, kaki saya sering keram karena hanya kepala saya yang gak tenggelam," ujarnya.
Singkat cerita, perjuangan bertahan hidup Yuniarta itu dijalani sampai Selasa (14/1) pukul 02.30 WIB ketika dia bisa keluar karena air sudah surut dan membuka ruang gerak di kolong jembatan.