Setiap Murid Harus Lancar Baca Notasi Jawa
Kamis, 08 Juli 2010 – 10:55 WIB
Yang juga menarik, mereka menembangkan lagu-lagu mereka sendiri, Holy Manna dan Foundation, dalam bahasa Inggris. Maka, tembang "asing" itu pun terdengar unik di telinga para hadirin. Selain karawitan, Sumunar mempertontonkan tari gambyong dengan iringan musik gamelan secara live. Lengkap sudah penampilan 22 pengrawit dan tiga penari bule itu dalam menyajikan pertunjukan kesenian Jawa.
"Kami tidak bermaksud pamer kebolehan. Kami hanya memberikan kesempatan kepada teman-teman dari AS untuk tampil langsung di Indonesia," ujar Joko Sutrisno, pimpinan Sumunar, dalam sambutannya.
Menurut Joko, kesempatan tampil di Kemendiknas itu merupakan momen paling berharga dibanding ratusan pertunjukan yang pernah ditampilkan Sumunar di AS. "Rasanya beda. Dulu, kami mengenalkan kesenian ini di AS. Sekarang kami tidak lagi mengenalkan, tapi sudah berani menghibur," tutur bapak tiga anak itu.
Keberadaan kelompok karawitan yang eksis di AS itu memang tidak bisa dipisahkan dari Joko Sutrisno dan istrinya, Tri Supartini, sebagai perintis, pendiri, sekaligus pelatih Sumunar. Lulusan Akademi Seni Karawitan Indonesia (ASKI) Surakarta 1987 itu sebenarnya sempat bekerja di KBRI Selandia Baru. Dia mengajar di Universitas Victoria, Wellington. Namun, pada 1995, Joko bersama istri dan anak-anaknya memutuskan "menempuh hidup baru" di Amerika Serikat. Sejak itulah dia merintis berdirinya kelompok karawitan Sumunar hingga saat ini.