Sharon Pulang dalam Kondisi Setengah Hidup
Sabtu, 13 November 2010 – 09:32 WIB
Menurut Noy, perawatan lanjutan di rumah merupakan upaya maksimal tim medis untuk membuat Sharon lebih nyaman menjalani perawatan pascastrokenya. Sebab, pihak rumah sakit pun sudah maksimal mengupayakan kesembuhan lewat jalur medis. "Tentunya, di balik seluruh upaya ini terselip harapan kami agar beliau (Sharon) menjadi jauh lebih baik. Apakah nantinya beliau akan sembuh atau tidak adalah perkara lain," ungkapnya.
Sebagai pejabat negara, mobilitas Sharon memang sangat tinggi. Hampir setiap hari, dia harus bangun sangat pagi. Agenda politiknya yang padat, membuat dia baru bisa beristirahat pada larut malam. Belum lagi, jadwal kunjungannya ke luar negeri. Selama beberapa waktu sebelum stroke menyerangnya, Sharon rutin menghadiri pertemuan di Gedung Putih. Padahal, untuk bisa mencapai Washington, dia harus melewati penerbangan selama sekitar 12 jam.
Bersamaan dengan tumbangnya Sharon oleh stroke, roadmap damai Israel-Palestina pun terbengkalai. Sekitar lima bulan sebelum stroke melumpuhkan fisiknya, pensiunan mayor jenderal itu menggagas konsep radikal demi mewujudkan perdamaian. Yakni, menarik mundur seluruh pemukim Yahudi dan serdadu Israel dari Jalur Gaza. Kala itu, mereka sudah tinggal di wilayah yang masuk kedaulatan Palestina itu selama sekitar 38 tahun.