Siapkan Mekanisme Batas Atas dan Bawah
’’Momentum harga minya dunia yang turun memang harus dimanfaatkan. Kapan naik, yang saya pahami itu tergantung pertarungan OPEC dan Amerika (shale gas). Sekarang mereka mau damai, dan disini akan muncul titik keseimbangan baru,’’ katanya.
Hiswana Migas Minta Perlindungan
Seperti yang diberitakan Jawa Pos sebelumnya, M. Ismet Ketua II DPP Himpunan Swasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) kembali membawa isu untungnya SPBU asing saat rekomendasi dijalankan dalam diskusi.
Dia mengatakan, SPBU Pertamina tidak sanggup kalau head to head langsung dengan SPBU asing seperti Shell, Total, maupun Petronas.
’’Kompetitor saat kami masih mendistribusikan RON 88 seperti mati suri. Tapi, setelah muncul rekomendasi penghapusan itu, mereka mulai menggeliat. Momen seperti ini yang mereka tunggu. Terus terang, kemampuan kita di bawah, berikan perlindungan kepada kami,’’ jelasnya.
Dia juga mengingatkan kepada pemerintah kalau nanti menetapkan subsidi tetap, margin harus dihitung ulang. Saat ini, margin tiap liter yang keluar dari nozzle SPBU adalah Rp 210 per liter. Ketika harga Premium naik, angka itu disebutnya tidak berubah. Padahal biaya operasiona naik termasuk pajak yang dibayarkan.
Dia ingat betul, dulu Pertamina menuntut pengusaha untuk memperbaiki tampilan SPBU. Sebab, sempat ada stigma bahwa SPBU yang asal bangun. ’’Kita turuti supaya enggak asal jadi. ’’Baju’’ bagus bukan berarti kami untung besar. Sekarang bagus, mewah, tapi tetap berdarah-darah,’’ ungkapnya. (dim)