Sinyal Ekonomi Membaik
Dari hasil sejumlah pertemuan tim perumus, akhirnya program SabangMerauke dapat dimatangkan. Mereka memutuskan, program SabangMerauke diperuntukkan para pelajar SMP dari daerah pinggiran Nusantara.
Waktu program ditentukan dua minggu pada saat libur sekolah. Tidak hanya itu. Mereka merancang konsep terkait para pendamping anak-anak tersebut. Di antaranya ada kakak pendamping serta keluarga pendamping.
”Kami putuskan ada istilah ASM yang kepanjangannya Anak Sabang Merauke, lalu KSM, Kakak Sabang Merauke,” papar Meiske Demetria Wahyu, anggota tim perumus.
Menyoal program selama dua minggu, Wiwie memaparkan, setidaknya lima hari dalam seminggu anak-anak tersebut akan mengikuti berbagai kegiatan. Ada culture day, career day, nationalism day, technology day, social day, religious and cultural diversity day, fun day, art day, hingga education day. Sementara weekend adalah waktu peserta bersama FSM (Famili Sabang Merauke).
’’Intinya, kami ingin menanamkan tiga values kepada anak-anak SabangMerauke. Yaitu, toleransi terhadap kebhinekaan, pendidikan, dan keindonesiaan,” ujar perempuan berjilbab itu.
Furiyani Nur Amalia, juga anggota tim perumus, memaparkan, mereka mengupayakan agar para ASM, KSM, dan FSM bisa membaur. Misalnya, ASM yang beragama Katolik akan bersama FSM yang beragama Islam. Tujuannya agar timbul rasa toleransi di antara kedua pihak.
’’Toleransi itu bukan sesuatu yang cuma bisa diajarkan, tapi juga harus dialami sendiri,” papar alumnus Teknik Elektro ITS itu.
Penyelenggaraan program SabangMerauke batch pertama berjalan lancar. Para ASM mendapatkan beragam pengalaman menarik dan berharga selama mengikuti program. Misalnya, ketika mereka mengikuti social day. ASM diajak memberi makan rusa di Komunitas Penyelamat Hewan Telantar Garda Satwa.