Soal Isu IPO Subholding Pertamina, Rhenald Kasali: Terlalu Dibesar-besarkan
jpnn.com, JAKARTA - Pakar manajemen bisnis Universitas Indonesia Rhenald Kasali mengomentari banyaknya suara sumbang terkait rencana initial public offering (IPO) subholding Pertamina.
Termasuk di antaranya, mengenai tudingan bahwa IPO adalah cara untuk menjual Pertamina sebagai BUMN.
“Isu terkait rencana IPO subholding terlalu dibesar-besarkan. Ini kan hanya subholding-nya. Kalau IPO diartikan sebagai menjual perusahaan, itu tidak paham manajemen bisnis. Karena yang dijual bukan perusahaannya, tetapi sahamnya. Dan pemegang saham mayoritas tetap pemerintah,” ujar Rhenald dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (15/8).
Rhenald menuturkan bahwa penjualan saham memiliki dimensi luas. Misalnya terkait kepercayaan, yaitu untuk meningkatkan governance kontrol. Dalam hal ini, pengawasan tidak hanya dilakukan Menteri BUMN, tetapi juga publik.
Rencana IPO subholding, menurut Rhenald, merupakan cara Pertamina untuk membuat menjadi efisien, cepat bergerak, dan dapat survive melewati masa berat.
Terlebih, dalam 12 tahun terakhir, misalnya, perusahaan migas menghadapi tiga kali gejolak harga.
Terkait hal itu, Rhenald melihat, bahwa Pertamina mencari cara lain, yaitu dengan kolaborasi. Dan yang dilakukan Pertamina, adalah hal biasa yang sah-sah saja dan tidak perlu dipersoalkan.
“Mari kita berpikir dengan cara-cara baru dalam melihat dunia migas kita. Jangan berpikir tentang kedaulatan saja, tetapi juga ketahanan. Ketahanan, yaitu bagaimana sesuatu di dunia ini sudah kolaborasi antar bangsa. Karena saat ini tidak ada yang bisa berdiri sendiri, semua kolaborasi,” jelas Rhenald.