Soesilo Toer si Doktor Pemulung Sampah, Disindir Istri (3)
”Di Rusia, orang menulis itu betul-betul dihargai. Sebab, dianggap pekerjaan intelektual. Kalau di Indonesia kan gak. Malah dipenjarakan,” sindirnya.
Sampai sekarang Soes masih aktif menulis. Kapan menulisnya? Beberapa kali wartawan Jawa Pos Radar Kudus ke rumahnya tak pernah melihat Soes menulis. Dia mengakui, belakangan hujan terus-menerus mengguyur.
Kondisinya kurang sehat. Pilek. Berkali-kali dia memegangi hidungnya yang lubangnya tertutup kumis. Malam, waktu senggangnya lebih banyak dihabiskan dengan membaca buku.
Kebanyakan tokoh yang dikagumi berasal dari luar negeri, termasuk J.F Kennedy. Sebagai pengagumnya, Soes tahu banyak tentang sejarah presiden Amerika ke-35 itu. Bahkan, dia menulis biografi Kennedy. Baginya, Kennedy adalah salah satu tokoh yang banyak menginspirasi.
Lalu siapa tokoh Indonesia yang diidolakan, Soes menjawab tidak ada. Padahal, banyak orang yang mengatakan, Soesilo mengagumi Soeharto. Bahkan dia diberi pangkat Letnan oleh penguasa orde baru itu. ”Itu kan kata orang. Tidak ada yang saya kagumi di Indonesia,’’ ujarnya. Dia tampak mesam-mesem.
Kini, kata Soes, hidupnya lebih santai. Karya terbarunya tentang realisme sosialis telah rampung. Sudah dijilid. Tapi, masih berwujud print out. Itu terjemahan buku milik Marxim Gorky. Aslinya berbahasa Rusia.
Tetapi, berbeda dari bahasa Rusia kebanyakan. Lebih sulit. Di samping menggunakan bahasa di luar Moskow, banyak kata yang disingkat.
”Dialek kan banyak. Di Indonesia saja banyak dialek. Anda pernah makan kolor?” tanyanya. Wartawan Jawa Pos Radar Kudus ini menggeleng tak paham. Soes tertawa. Istrinya membantu menjawab. “Kolor itu, soko lor (dari utara),” kata Suratiyem.