Soesilo Toer si Doktor Pemulung Sampah, Disindir Istri (3)
Wartawan Jawa Pos Radar Kudus membeli sebuah. Harganya Rp 70.000. ”Udah abis ini. Ini sedang cetak lagi,” katanya. Logat Jakartanya masih terasa.
Yang fenomenal, pada usia 15 tahun, dia menulis tentang nasihat perkawinan. Diterbitkan di majalah Roman Jakarta (tahun 1952). Memang aneh. Dia belum kawin tetapi bisa menulis nasihat perkawinan. Honornya Rp 40. ”Pikiran saya saat itu yang penting dapat duit. Tidak mikir lainnya. Eh jadi juga,” terangnya.
Tulisan demi tulisan diterbitkan. Hingga saat usianya menginjak 17, profilnya dimuat di Majalah Cermin (Tahun 1954). Soesilo merasa tersanjung. Sayang, terjadi petaka. Ketika diminta mengisi data diri, dia menuliskan usia 16 tahun. Padahal, sudah 17 tahun.
Majalah Cermin menilai Soes pembohong. Tulisannya tak lagi dimuat di majalah. Dia pasrah. Toh di majalah itu honornya hanya Rp 30.
Honor tersebut sangat kecil. Bandingkan dengan ketika dia menulis soal kecantikan di majalah Keluarga. Dia dikasih honor super banyak. Bahkan, paling tinggi di antara penulis lain. Mau tahu? Rp 150 ribu untuk satu artikel. Honor itu hampir setara dengan gaji Pramoedya, kakaknya, selama sebulan.
Saking banyaknya dia tidak berani mengambil sendiri honornya. Dia utus adiknya. ”Adik saya tak suruh ngambil. Malu, bayarannya paling tinggi kok,” kenangnya.
Ketika muda itu, Soes juga aktif menulis di majalah Brawijaya (majalah militer). Saat itu, dia sempat mengarang tentang gerilyawan. ”Yang penting dapat duit,” prinsipnya.
Saat di Rusia, dia juga aktif menulis. Tulisannya banyak dimuat di majalah dan koran lokal. Dia juga menerjemahkan buku berbahasa Rusia ke Indonesia. Juga sebaliknya. Tak heran, saat di Rusia dia banyak duit.