Soroti Kerusuhan di Gedung Kongres AS, Fahri Hamzah Ingatkan Buruknya Radikalisasi dan Pembelahan
Sementara, Fahri melanjutkan, yang terjadi di AS adalah ketidakpuasan pendukung Donald Trump terhadap hasil Pilpres 2020 yang menyebabkan mereka menganggap Kongres itu adalah penghambat.
“Tidak saja bagi proses pemilu dianggap curang, Kongres juga dianggap menjadi oposisi terlalu kuat terhadap presiden Donald Trump,” kata Fahri.
Namun, Fahri mengatakan yang terpenting untuk dibaca adalah kalau peristiwa 1998 itu merupakan transisi dari otoritarianisme ke demokrasi. Kalau dalam Pemilu AS, kata dia, sebenarnya memang Donald Trump dianggap pemimpin otoriter, tetapi lanskap perubahannya itu demokrasi.
“Karena itu, saya lebih menyoroti kejadian meradikalisasi rakyat," tegasnya.
Nah, Fahri menegaskan bahwa ini pelajaran buat semua yang sama-sama berada dalam iklim demokrasi bahwa provokasi terhadap rakyat dapat menciptakan radikalisasi.
"Radikalisasi dapat menciptakan proses politik masif yang berakhir dengan dikuasainya gedung parlemen,” kata Fahri mengingatkan.
Nah, Fahri mengatakan bahwa mungkin saja terkait dengan radikalisasi ini, akhirnya Twitter menutup akun Donald Trump yang diduga dipakai untuk memprovokasi massa. “Jadi, sekali lagi ini adalah problem provokasi,” tegasnya.
Jadi, Fahri menegaskan, pelajaran penting dari peristiwa ini adalah elite jangan terjebak meneruskan pembelahan pada masyarakat yang dapat menyebabkan radikalisasi yang akan kian menguat.