Sri Lanka Kebobolan karena Elite Politik Sibuk Bertengkar
jpnn.com, KOLOMBO - Serangan bom pada hari Paskah pekan membuat Sri Lanka syok bukan main. Pemerintah di Kolombo benar-benar kebobolan oleh aksi para teroris berkedok Islam itu. Ternyata, para elite politik di negara itu terlalu sibuk bertengkar.
''Kalau kami (United National Party) mendapat petunjuk tapi tidak mengambil aksi, pastinya saya mengundurkan diri saat ini juga. Namun, apa yang bisa saya lakukan jika tak ada dalam lingkaran dalam,'' ujar Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe, sebagaimana dilansir Agence France Presse.
Ketua United National Party itu menuding negerinya kebobolan karena ulah Presiden Maithripala Sirisena. Sudah empat bulan dia dan Wakil Menteri Pertahanan Ruwan Wijewardene, rekan satu partai, tak diundang dalam rapat dewan keamanan negara.
BACA JUGA: Sri Lanka Mencekam, Banyak Masjid Tak Gelar Jumatan
Pemerintahan Sri Lanka memang sedang retak. Koalisi yang dibentuk Sri Lanka Freedom Party dan United National Party pada 2015 itu sedang mengalami perang internal. Puncaknya tahun lalu saat Sirisena mendepak Wickremesinghe dari kursi perdana menteri.
Jabatan yang setara dengan wakil presiden di Indonesia tersebut diberikan kepada Mahinda Rajapaksa, lawan Sirisena saat menjadi capres empat tahun lalu. Mahkamah Agung membalik keputusan sang presiden beberapa bulan kemudian. Namun, kedua kubu tetap bersitegang.
Setelah insiden teror, Sirisena seperti melunak. Dia meminta maaf karena sikap kepolisian yang menolak rapat dengan Wickremesinghe.
Sebagaimana diberitakan, insiden itu terjadi saat Sirisena berlibur ke luar negeri. Wickremesinghe yang berada di dalam negeri justru sulit mengumpulkan pejabat.