Sudah Teriak – teriak Tsunami Datang tapi Mereka tak Percaya
“Saya tanya teman saya, dokter dari Bali yang sudah datang pada hari kedua setelah bencana. Ternyata mereka tak bisa membantu karena terbelit birokrasi,” sesalnya.
Kekecewaan tersebut bertambah ketika ada kabar sejumlah penerbangan reguler dialihkan. Karena harus mengangkut keluarga pejabat Sulteng untuk keluar dari lokasi bencana. Ini membuat geram warga.
Hingga Rabu (3/10), Presiden Joko Widodo datang. Membuat sedikit ketenangan karena bantuan mulai mengalir sejak itu. “Banyak yang tersiksa. Pemerintah daerah sana (di Sulteng) seolah tak tanggap bencana,” katanya.
Kabar soal Pesawat Hercules pun sampai ke telinga Iwan. Dia dan rombongan memutuskan turun gunung. Menuju bandara yang sudah dikepung warga yang ingin eksodus. Dua hari dihabiskannya menginap. Sambil terus mencari informasi penerbangan ke Balikpapan. Meski barang-barangnya dikirim ke Makassar.
“Tujuan saya hanya Balikpapan. Saya sudah pegang tiket. Kebetulan informasi terus ada dari teman yang kakaknya bekerja di bandara,” kata warga RT 49 Jalan Jenderal Ahmad Yani, Gunung Sari Ilir, Balikpapan Tengah itu.
Dalam penantiannya, Iwan kehabisan makanan. Dia terpaksa bertahan dengan berkeliling mencari makanan sisa orang yang dibuang. Begitu juga air minum. Setiap ada orang minum akan ditunggu. Karena banyak dari mereka yang akan langsung pergi begitu ada Pesawat Hercules yang mendarat.
Pengalaman menghadapi bencana di Palu disebut Iwan semakin menguatkannya. Dia mengaku sudah terbiasa menghadapi bencana. Sehingga apapun yang terjadi tak perlu dihadapi dengan panik. Namun, kegeramannya terhadap tak maksimalnya pengiriman bantuan membuat Palu menghadapi kondisi yang kacau setelah gempa.
“Itu sebabnya saya mencurahkannya di media sosial. Karena bagaimanapun kalau ada gerakan cepat dari pemerintah setempat untuk mengirimkan bantuan, maka banyak korban yang bisa selamat. Dan kondisi Palu tidak chaos,” pungkasnya. (rom/k16)