Sultan Puji Sikap Erdogan yang Menentang Invasi Israel
Selain sawit, beberapa produk lainnya juga memiliki potensi ekspor ke Turki seperti lada, kakao, karet, udang, perikanan, kertas, serta obat tradisional dan jamu. Potensi kolaborasi di bidang tekno dan industri meliputi industri dirgantara, mobil elektrik, tempat peluncuran roket/pesawat ulang alik, satelit, kendaraan peluncur satelit, teknologi medis dan farmasi.
Investor Turki juga memiliki minat untuk mengembangkan kerja sama di sektor perkapalan, pertanian, pertahanan, dan infrastruktur seperti tol dan bendungan. Kerja sama kedua akan menguntungkan, karena dari segi wilayah, posisi Turki akan menjadi pintu masuk bagi pasar-pasar di Eropa dan Afrika.
Sementara posisi Indonesia akan menjadi pintu masuk Turki untuk kawasan Asia Tenggara, sementara produk kedua negara saling melengkapi sehingga relatif tidak bersaing satu sama lain di pasar bebas.
"IT CEPA akan mengelola aspek yang lebih luas dari sekadar isu perdagangan yaitu mengenai hambatan tarif, namun juga mencakup akses pasar, pengembangan kapasitas, dan fasilitasi perdagangan, serta investasi. Maka jika negoisasi ini telah rampung pada tahun ini, tentu akan berdampak baik pada kemajuan kedua Negara,” tutur Sultan.
Selain berbicara tentang perkembangan mutakhir di hubungan bilateral kedua negara. Pertemuan ini juga mengupas banyak hal tentang isu aktual baik didalam negeri maupun isu-isu global yang sedang berkembang.
"Saya berharap Turki dapat terus untuk memberikan dukungan diplomasi terhadap bencana kemanusiaan yang terjadi di Palestina,” ujar Sultan.
Sebab, kata dia, hal ini harus tetap menjadi perhatian kita bersama. Apalagi Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan adalah pemimpin dunia yang sangat dikenal di kalangan masyarakat Indonesia dengan sikap kerasnya dalam menentang invasi Israel.
Adapun pertemuan ini juga dihadiri oleh Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSP) DPD RI, Gusti Farid Hasan Aman, Wakil Ketua BKSP DPD RI Ali Ridho Azhari, dan anggotanya Abdul Hakim.