Sumiarsih-Sugeng Ditembak Bersama
Pakai Baju Serbaputih, Eksekusi Pukul 00.16Sabtu, 19 Juli 2008 – 10:44 WIB
Suasana tegang semakin terasa pada pukul 19.15. Sekitar 20 personel dari unit tangkal yang mengenakan rompi khusus berjaga-jaga di depan kantor rutan. Petugas lantas mensterilkan jalan mulai depan rutan ke selatan hingga gerbang Kantor Rupbasan. Sepeda motor dan pedagang di depan rutan diminta pindah.
Menjelang pukul 21.00, pendeta Gatot yang akan memimpin kebaktian di dalam rutan datang bersama L. Sukarno, salah seorang ulama. Tidak berselang lama, sekitar sepuluh petugas berpakaian preman memasuki rutan.
Beberapa saat kemudian, rombongan jaksa pendamping tiba di rutan dengan menggunakan mobil. Tampak jaksa Novika, Ariana Juliastuti, beberapa rohaniwan, dan dokter memasuki rutan. Kedua jaksa perempuan itulah yang akan mendampingi Sumiarsih hingga di lokasi penembakan.
Pukul 22.15, beberapa mobil patwal yang tadinya berada di lingkungan rutan meluncur ke jalan raya. Polisi memperketat penjagaan di pintu keluar rutan. Puncak ketegangan terjadi pukul 23.45 ketika enam mobil dengan nopol yang sama keluar rutan secara bersama-sama.
Sumiarsih dan Sugeng dieksekusi sesuai ketentuan Undang-Undang Nomor 2 PNPS/ 1964 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati. Sebelum dibawa ke tempat eksekusi, Sumiarsih dan Sugeng diberi pakaian bersih dan sederhana serta didampingi seorang rohaniwan. Mereka sudah ditunggu dua regu tembak yang siap sejak satu jam sebelumnya. Regu tembak yang berasal dari pasukan Brimob Polri itu dilengkapi 12 senjata laras panjang untuk anggota regu, sepucuk senjata genggam (pistol) untuk bintara regu, dan sepucuk senjata genggam plus sebilah pedang untuk komandan regu.
Setelah persiapan beres, jaksa (kepala kejaksaan negeri atau jaksa eksekutor) menyaksikan komandan regu mengisi ke-12 pucuk senjata laras panjang. Pelurunya terdiri atas enam peluru tajam dan enam peluru hampa. Anggota regu tak tahu senjata siapa yang mengeluarkan peluru tajam dan menewaskan kedua terpidana.