Swasembada Pangan, Misi Gibran Rakabuming Antisipasi Dampak Konflik Global
Oleh: Direktur Limanusa Umar SangajiPemblokiran akses pelabuhan, terutama Odesa di Laut Hitam, memutuskan jalur distribusi Ukraina, menghambat proses ekspor impor produk agrikultur. Dampaknya tentu terasa sangat luas.
Penelitian dari SOFI 2022 menunjukkan peningkatan jumlah penduduk dunia yang mengalami kelaparan, mencapai 828 juta jiwa pada tahun 2021, naik dari 782 juta jiwa pada tahun sebelumnya.
Kondisi ini diperparah oleh pandemi, perubahan iklim, serta badai La Nina yang memengaruhi kondisi samudra dan meteorologi.
Keadaan ini menjadi peringatan serius akan kerentanan sistem pangan global terhadap konflik geopolitik. Ketergantungan besar pada negara-negara tertentu sebagai pemasok utama komoditas pertanian meningkatkan risiko krisis pangan global saat terjadi gangguan pasokan.
Situasi ini menekankan urgensi diversifikasi sumber-sumber pangan global, serta perlunya langkah-langkah untuk meminimalkan kerentanan terhadap perubahan politik dan geografis di negara-negara produsen utama.
Krisis ketersediaan pangan yang dipicu oleh konflik ini menunjukkan perlunya upaya kolaboratif internasional untuk mengurangi ketergantungan pada beberapa negara sebagai pemasok utama.
Investasi dalam pertanian lokal, pengembangan teknologi pertanian, serta kerja sama lintas negara untuk menciptakan cadangan pangan global dapat membantu mengurangi dampak negatif dari gangguan politik seperti yang terjadi antara Rusia dan Ukraina.
Dalam jangka panjang, dibutuhkan solusi yang berkelanjutan untuk memastikan ketahanan pangan global yang lebih baik.