Tabah Sampai Akhir
Dalam doktrin itu ketenangan adalah kuncinya. Emosi dan marah hanya akan membuat oksigen cepat habis.
Saya ingat peristiwa para pemain bola junior Thailand yang terjebak dalam gua. Peristiwa itu mengajarkan banyak hal. Sampai-sampai saat ke Bangkok dulu saya perlukan berkunjung ke gua itu –di perbatasan dengan Myanmar.
Saat itu, pelatih mereka mengumpulkan para pemain di satu tempat yang tidak tergenang air di dalam gua itu. Sang pelatih mengarahkan para remaja itu untuk tetap tenang.
Padahal sama sekali tidak ada makanan. Mereka hanya minum dari air yang menetes di dalam gua. Mereka dibuat yakin akan ada penolong yang datang. Yang ternyata baru bisa masuk gua di hari ketiga.
Di kapal selam itu sebaliknya. Banyak makanan dan minuman. Cukup, tetapi kemungkinan kedatangan tim penolong sangat kecil.
Mereka tahu Indonesia tidak punya kapal penolong kapal selam. Singapura punya satu. Malaysia juga punya satu. Demikian juga negara-negara yang punya kapal selam.
Maka komandan kapal selam itu, Heri Oktavian, letnan kolonel pelaut, menjadi penentu apa yang masih bisa dilakukan. Semua akan tunduk pada komandan.
Bayangan saya, mereka terus mengusahakan apa pun yang masih bisa diperbaiki. Sampai pun hari ketiga daya oksigen itu habis. Dengan tenang. Tanpa kepanikan. Siapa tahu detik terakhir kapal itu bisa bergerak lagi.