Tabasheer Porang
Oleh: Dahlan IskanSaya betul-betul menyerah di soal adaptogenik ini. Komentator cerdas seperti Bung Liang pasti lebih bisa menemukan literatur lebih hebat dari sahabat Disway yang profesor.
Yang lain lagi, tabasheer itu juga disebut mengandung afrodiksiaka. Kalau yang ini, afrodiksiaka, Anda pasti sudah tahu. Yakni yang terkait dengan lemah syahwat. Burung yang tidak bisa terbang. Nama itu sendiri diambil dari bahasa Yunani, Aphrodite. Dewi cinta Yunani.
Sahabat Disway, yang pernah mendalami obat tradisional sampai ke Jepang memang kagum dengan kekayaan jamu Indonesia.
"Di Jepang kami mempelajari banyak tanaman Indonesia yang mengandung obat penyembuhan. Di antara nama-nama itu banyak yang saya tidak pernah tahu dan tidak pernah menemukan," katanyi.
Menurut dia salah satu kandungan tabasheer yang dibicarakan dua presiden di kota Chengdu (ibu kota provinsi Sichuan) pekan lalu itu adalah silika. Ini baik sekali untuk misalnya mengatasi osteoporosis.
Maka bagus juga berita dari Chengdu itu. Setidaknya saya tahu bahwa Indonesia juga menghasilkan tabasheer yang saya tidak tahu.
Saya anggap kesepakatan soal tabasheer ini sama penting dengan kesepakatan soal porang. Khususnya porang yang sudah diolah menjadi tepung.
Petani porang kini boleh merasa lega bahwa keluhan soal jatuhnya harga porang dapat muara. Sampai dibawa oleh Presiden Jokowi ke pertemuan begitu tinggi.