Tahu-Tempe Diperkecil, Ada yang Naikkan Harga
jpnn.com - BALEENDAH-Nilai tukar dolar yang menguat menyebabkan pabrik tahu dan tempe di Kampung Mekarsari, Desa Cikarees, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung terancam mogok. Hal tersebut dipengaruhi harga kedelai yang ikut melambung tinggi lantaran bahan baku tempe dan tahu impor.
Pengusaha tempe, Nasihin, 43, ketika ditemui di Kampung Mekarsari, Desa Cikarees, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Senin (26/8), mengatakan, dengan kenaikan harga kedelai dari harga Rp 7.600 perkilogram yang saat ini menjadi Rp 8.700 perkilogram membuat nilai produksi semakin tinggi.
"Kenaikan harga kedelai berdampak pada ongkos produk yang naik. Jadi, kita juga berlakukan kenaikan harga yang asalnya Rp 2000 per potong menjadi Rp 2500. Pokoknya gimana ukuran, kalau yang ukuran besar biasa kita jual Rp 3000 menjadi Rp 3500. Artinya kita naikan Rp 500 saja," kata Nasihin.
Hal serupa diutarakan pengusaha tahu Mamat,40, di lokasi yang sama. Ia pun menyesalkan kenaikan harga kedelai tersebut. Menurut Mamat, dengan kenaikan harga tersebut terpaksa ukuran tahu pun lebih diperkecil.
"Biasanya untuk satu tahu itu berukuran 5 cm, sekarang kita ubah cetakannya untuk diperkecil hingga ukuran 3 cm. Itu jalan terbaik supaya kita masih bisa bertahan," ungkapnya.
Terpisah, lebih dari 100 orang perajin tahu dan tempe di beberapa kecamatan di wilayah timur Kabupaten Bandung seperti Nagreg, Cicalengka dan Rancaekek sepakat menaikan harga penjualan tahu dan tempenya pasaca kenaikan harga kedelai.
"Kenaikan berkisar Rp. 100 untuk tahu dengan berbagai ukuran serta Rp. 200 untuk tempe. Dengan kesepakan kenaikan harga ini kini harga termurah tempe Rp. 1000 dan untuk tahu ukuran 3x3 sentimeter Rp. 300. Harga tersebut merupakan kesepakatan bersama para pedagang dan pengrajin tahun tempe agar tidak merugi," ungkap Agus Suherman,38, salah seorang perwakilan pedagang dan pengrajin tahu tempe.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Koprasi, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Bandung, Popi Hopipah mengaku, saat ini pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan bulog untuk membahas persedian kedelai yang harus disiapkan agar produksi tempe dan tahu tetap berjalan.