Tak Punya Bank Data, Hanya Andalkan Ingatan
Jumat, 20 Juni 2008 – 10:58 WIB
RUMAH loji peninggalan Belanda di Jalan Surabaya, kawasan Menteng, Jakarta Pusat, itu tampak rindang dengan pohon-pohon di sekelilingnya. Sepetak taman kecil di halaman menambah kesan asri. Sebuah Kijang kapsul tampak diparkir di jalan masuk. Sebuah mobil lagi, Toyota Alphard, berada di dalam garasi.
’’Ayo, silakan masuk,’’ kata Rosihan Anwar menyambut kedatangan JPNN.
Rambut bapak tiga anak kelahiran Kubang Nan Dua, Sumatera Barat, 10 Mei 1922, tersebut tampak memutih. Tapi, wajahnya masih segar. Dia tampak santai dengan kemeja biru serta celana abu-abu. ’’Tensi saya lagi naik,’’ katanya. Beberapa kali dia terlihat terbatuk-batuk.
Ruangan-ruangan dalam rumahnya tampak terawat. Jendela dengan terali khas tempo dulu juga masih dipertahankan keasliannya. Dinding ruang tamu dipenuhi lukisan dengan berbagai aliran serta karikatur diri. Beberapa ornamen khas dari berbagai negara juga dipajang di sejumlah lemari khas Betawi. ’’Ornamen-ornamen itu saya beli saat saya di luar negeri,’’ ungkapnya.