Tanggapan Mahasiswa Asing Soal Rencana Australia Membatasi Jumlah Mereka
Laporan tersebut menyebutkan jika krisis perumahan di Australia, termasuk kenaikan biaya sewa rumah, lebih disebabkan karena ketersediannya, bukan karena kehadiran dan permintaan dari pelajar internasional.
Data dalam laporan tersebut menunjukkan kurangnya ketersediaan tempat tinggal dan kenaikan biaya sewa di Australia sudah terjadi setelah pandemi COVID-19, sebelum kedatangan pelajar internasional.
Penelitian tersebut malah menemukan kalau pelajar internasional hanya berjumlah empat persen dari seluruh penyewa di Australia. Pelajar domestik berjumlah 6,2 persen dan sisanya adalah non-pelajar.
Sebagian besar pelajar internasional juga tidak tinggal di rumah atau properti yang diminati warga Australia.
Hanya tiga persen pelajar internasional yang tinggal di rumah yang cocok untuk pasangan atau keluarga, sisanya tinggal di akomodasi khusus pelajar dekat universitas.
'Bagai sapi perah'
Menurut Presiden Perhimpunan Pelajar Indonesia-Australia di negara bagian Victoria, Anak Agung Wisnuwardhana, aturan baru soal pembatasan jumlah pelajar internasional memiliki kelebihan dan kerugiannya.
"Di satu sisi, itu haknya mereka [Australia] juga sebagai negara untuk ngebatasin jumlah pendatang yang masuk," ujarnya.
Agung mengatakan ia paham mengapa sebagian pihak mengatakan keberadaan pelajar internasional dianggap mengganggu sektor perumahan dan lapangan pekerjaan.