Tangkap Ferdinand Hutahaean
Oleh: Dhimam Abror DjuraidMenurut Gus Mus, Tuhan tidak perlu dibela karena Tuhan mempunyai sifat mahakuat tidak perlu kekuatan manusia untuk membela-Nya. Bahkan, kalau seluruh manusia di muka bumi ini menjadi kafir, Tuhan tidak akan kehilangan kebesaran-Nya.
Cara pandang Gus Dur terhadap gerakan Islam politik di Indonesia sering memicu kontroversi. Gus Dur dianggap berada pada sisi sekuler ketika berbicara mengenai hubungan negara dan agama. Dalam berbagai forum dan dalam tulisan-tulisannya Gus Dur konsisten dengan sikap itu.
Kumpulan pandangan Gus Dur ini dikumpulkan dalam buku ‘’Tuhan Tidak Perlu Dibela’’ (2000), berisi pendapat-pendapat Gus Dur yang ditulis di Majalah Tempo dalam kurun waktu 1970 sampai 1980-an. Artikel itu membahas tema yang luas mulai dari kemanusiaan, kebersamaan, keadilan, dan demokratisasi.
Perbedaan budaya, agama, dan tradisi di Indonesia adalah sebuah anugerah sekaligus tantangan. Konsep beragama pun harus mengedepankan rasa toleransi antarumat beragama dan tidak saling merendahkan satu agama dengan agama lain.
Toleransi antarumat beragama menjadi polemik yang terus berlanjut sampai sekarang. Dalam artikel Gus Dur disebutkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) pernah mengeluarkan fatwa Natal bahwa umat Islam dilarang hadir dalam perayaan agama lain.
Fatwa ini menjadi persoalan yang cukup pelik sampai membuat Buya Hamka melepaskan jabatannya sebagai Ketua Umum MUI. Sampai sekarang, setiap tahun, isu itu masih tetap menjadi perdebatan, dan seolah tidak ada titik temunya.
Melalui artikelnya, Gus Dur menyebutkan bahwa MUI harus bisa menemukan pangkal persoalannya, dengan memiliki pedoman terhadap persoalan-persoalan apa saja yang patut untuk menjadi wilayah bahasannya.
Gus Dur melihat masih banyak persoalan besar yang harus dihadapi umat Islam Indonesia, seperti pemecahan masalah kemiskinan dalam masyarakat menurut pandangan agama, dan pengentasan kebodohan serta pemerataan pendidikan.