Tanpa Ada Keraguan, MUI Sumbar Tolak Islam Nusantara
Membiarkan umat bingung dengan pernyataan orang-orang yang mengusung “Islam Nusantara” sesuai seleranya seperti menuding Islam Arab sebagai Islam Radikal, Islam penjajah dan lainnya, berarti mengabaikan tugas keulamaan dalam menjaga kesatuan umat.
Suatu istilah yang dilahirkan oleh sebagian umat kemudian disebarkan dengan kekuasaan dari meletakkan tugu sampai mengarahkan berbagai institusi, itu jauh sekali dari “taswiyyatul manhaj” bahkan mengabaikan bagian umat Islam lain yang belum tentu bisa menerima konsep yang diusung tsb.
Ketika kaum sekuler, liberal dan pluralis menjadikan Islam Nusantara sebagai payung tumpangan mereka, itu bukan lagi perkara furu’ yang bisa didiamkan begitu saja.
Ketika sikap diambil oleh ulama Sumbar, kami bukan hanya membaca dan mendengar paparan konsep sehingga dengan enteng dikatakan “salah persepsi”.
Kami melihat perkataan, perbuatan dan sikap yang dilakukan di bawah konsep itu jauh melenceng maka kami memadukan antara pemahaman konsep dengan aplikasi di lapangan, itu lah langkah berpendapat dalam kasus aktual. Kalau tidak demikian, berarti kita membohongi diri sendiri.
Sikap sudah kami lahirkan.
Kami mengajak semua kembali kepada nama agama yang diberikan oleh Zat Yang Maha Menurunkan Syari’at Agama ini yaitu “Islam” (QS. Ali ‘Imran 19, 85, al-Maidah 3 dan al-Shaff 7) tanpa ada embel-embel apapun.
Mudah-mudahan tidak dilupakan bahwa telah dua kali saya juga mengkritik istilah “Islam Wasathiy” di hadapan pengurus lembagai keulamaan ini yaitu di Lombok dan di Bogor”.
Satu mumayyizat (keistimewaan) tidak bisa dilabelkan kepada Islam karena akan memunculkan pemahaman yang rancu di tengah umat.
Seluruh mumayyizaat harus difahami secara utuh dan tidak bisa berdiri sendiri.