Tempe Setelah Belajar Dorayaki
Oleh Dahlan Iskan”Saya akan tetap bertanggung jawab sebagai suami. Tapi dukung saya. Untuk jadi pengusaha,” ujar Rustono pada calon istrinya itu.
”Saya tidak akan ngrepoti istri. Tapi kalau di awal-awal hidup nanti sulit apakah bisa menerima. Tidak marah-marah. Tidak rewel,” katanya.
Sang calon setuju saja. Pada apa yang diminta maling hatinya itu.
Dasar cinta.
Maka berangkatlah keduanya: ke Grobogan. Ke desa kelahiran Rustono. Ke rumah ibunya di desa. Yang lantainya anyaman bambu. Yang dindingnya kayu. Yang dinding dapurnya gedhek. Yang halamannya dipenuhi mangga. Juwet. Dan tanaman singkong.
Rustono berpesan pada ibunya. Agar ada yang bersihkan WC. Yang akan datang ini calon menantu. Dari Jepang pula. Yang begitu tinggi kebersihannya.
Rustono minta restu ibunya. Minta restu ayahnya: ke kuburannya. Lantas berangkatlah si calon pengantin ke Kyoto. Kawin di Kyoto. Tidak ada acara apa pun. Tidak pakai cara apa pun. Hanya ke catatan sipil. Berdua.
Nikah tanpa ada biaya. Sedikit pun.