Temuan Hasil Ekspedisi TNI AL Berbuah Manis, Disetujui UNESCO
Pada kesempatan ini, selain Indonesia, terdapat beberapa negara yang juga melakukan submisi penamaan fitur bawah laut seperti: Amerika Serikat, Filipina, Jerman, Korea Selatan, China, Selandia Baru, Vietnam, Malaysia, Jepang, dan Brazil.
Setelah melalui serangkaian sidang, sidang SCUFN di Markas Besar UNESCO-Paris tersebut menyetujui 8 Nama fitur bawah laut usulan Indonesia, sesuai dengan Publikasi IHO B-6 Standardization of Undersea Feature Names. Yaitu Gunung Laut (Seamount) “Gapuro Sagoro”, Bukit (Hill) ”Yudo Sagoro”; Bukit (Hill) “Spica”; Bukit (Hill) “Rigel”; Bukit (Hill) “Yiew Vero”; Gosong (Bank) “Aurora”; Bukit (Hill) “Moro Gada”; dan Gunung Laut (Seamount) “Moro Sagoro”.
Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono mengatakan pengetahuan yang rinci tentang bentuk dasar laut sangat penting bagi keselamatan navigasi dan digunakan untuk banyak aplikasi lain serta bagi ilmu pengetahuan.
Peta laut sebagai sarana visualisasi bentuk rinci dasar laut memainkan peran penting dalam melestarikan dan memanfaatkan laut dan sumber dayanya untuk pembangunan berkelanjutan khususnya untuk kepentingan navigasi selama berabad-abad.
Sebagian besar perairan NKRI masih belum dijelajahi, diamati dan dipetakan. Hanya sebagian kecil dari dasar laut yang telah dipetakan secara sistematis dengan survei hidrografi yang dilaksanakan sejak era kolonial Belanda hingga saat ini.
Oleh karena itu, penamaan fitur bawah laut yang diakui oleh dunia internasional merupakan salah satu wujud dari kedaulatan wilayah laut Indonesia yang harus terus diperjuangkan.(fri/jpnn)