Tergerak setelah Membaca Buku 'Banker to the Poor'
Pilot project Vasham dengan 80 petani dilaksanakan di lahan seluas 70 hektare. Musim pertama, jelas Irvan, banyak kendala dan komplain dari petani. Namun, Irvan berusaha menampung semua saran yang masuk. Kuncinya, dia mengajak petani menjadi mitra untuk berdiskusi dan bekarja.
”Kami menggunakan sistem bagi hasil dengan petani karena sistem tersebut lebih adil. Jika petani untung, Vasham juga untung. Jika petani tidak untung, Vasham juga tidak untung,” urai dia.
Vasham juga mengarahkan para petani untuk menjual langsung kepada sentra pengumpul. Tidak seperti selama ini, menjual hasil panennya ke tengkulak dengan harga di bawah harga pasar.
Alasan petani, menjual ke tengkulak bebas risiko, seperti kendala pengangkutan atau karena turun hujan. ”Buat kami, risiko itu tidak apa-apa diambil. Sebab, pendapatan yang akan diterima petani lebih tinggi daripada risikonya,” tutur dia.
Sebagai mitra Vasham, petani mendapatkan pendampingan secara menyeluruh hingga pascapanen. Vasham akan menempatkan petugas lapangan yang stand by bila petani memerlukan bantuan atau konsultasi. Mereka sering mengadakan sesi pelatihan atau bincang santai mengenai permasalahan yang dihadapi serta merumuskan solusinya.
Panen pertama berlangsung pada periode Januari–Februari 2014, kemudian panen kedua Juli 2014. Saat ini sedang memasuki proyek ketiga. Dari dua kali panen, hasilnya cukup menggembirakan.
Pada panen pertama, rata-rata hasil panen Konco Vasham meningkat 50 persen dibanding rata-rata petani jagung di Lampung. Pada musim kedua, diakui Irvan, hasilnya menurun. Penyebabnya faktor cuaca, yaitu hujan yang jarang turun.
Yang membedakan model yang dikembangkan Vasham dengan model kemitraan lainnya, Irvan dan timnya selalu meng-improve sistem demi tujuan meningkatkan produktivitas petani.