Teriakan Penumpang Menjelang Ajal Terbawa Mimpi
Senin, 08 Februari 2010 – 06:01 WIB
Dia menceritakan pengalaman pribadinya ketika kali pertama mendengarkan rekaman suara orang-orang yang mengalami kecelakaan pesawat. "Saya berulang-ulang mendengar suaranya orang menjelang ajal. Kalau nggak jelas, saya ulang-ulangi. Padahal, orangnya sudah meninggal. Setiap teriakan penumpang harus saya catat, saya tulis buat laporan. Anda bisa bayangkan. Kadang suasana itu terbawa dalam tidur saya. Tapi, saya sadar inilah pekerjaan saya, seperti dokter forensik yang harus memegang mayat," katanya.
Mengenai data FDR, dia mengakui ada juga kemungkinan data di blackbox salah. Penyebabnya, salah satu sensor tidak terpasang dengan baik. "Seolah-olah ada blackbox, tapi kerjanya tidak benar. Ini kan kerjanya karena listrik. Misalnya, dari 10 sensor yang terpasang, ada satu yang datanya tidak masuk atau tidak tersambung mungkin karena usia pesawat. Kalau data yang tidak masuk itu nggak penting, ya nggak masalah. Tapi, kalau penting, itu yang membuat lama proses analisisnya," tambahnya.
Selama ini Indonesia mengirimkan blackbox pesawat yang kecelakaan ke luar negeri, seperti Amerika Serikat, Australia, atau Singapura, karena belum memiliki laboratorium sendiri. Padahal, Indonesia merupakan negara yang memiliki ratusan jenis pesawat. Selain proses pengiriman yang membutuhkan waktu, Indonesia juga tidak bisa meminta proses penyelidikan dipercepat. Maklum, sesuai aturan internasional, bantuan seperti itu tidak boleh dipungut biaya. "Nggak enaklah, kita minta mereka cepat-cepat menganalisis," ungkapnya.