Ternyata Sampah Plastik Low-Value Malah Menguntungkan Pemulung
jpnn.com, JAKARTA - Industri daur ulang menjadi salah satu solusi mengatasi permasalahan sampah plastik, khususnya plastik low-value.
Ekosistem industri daur ulang tidak terlepas dari pekerja-pekerja di sektor informal yang setidaknya melibatkan tiga pemain utama, yaitu produsen, konsumen, dan sektor industrinya.
Vice Chairwoman Indonesian Plastics Recyclers (IPR) Amelia Maran mengatakan banyak stigma negatif beredar di masyarakat terkait plastic-low value yang tidak bisa didaur ulang dan tidak berharga. Namun, ternyata bagi para pemulung, plastik jenis ini menjadi sumber pendapatan dan memberikan kesejahteraan bagi mereka.
"Pengangguran dan pendatang dengan pendidikan rendah mencari penghasilan menjadi pengumpul sampah plastik," kata Amelia dalam diskusi bertajuk Kontribusi Industri Daur Ulang terhadap Plastik Low-Value di Indonesia, Senin (26/6).
Data Kemenperin menyebutkan industri daur ulang telah menyerap tenaga kerja mulai dari pemulung yang populasinya mencapai lebih dari 3 juta orang, sekitar 160 ribu pengepul, 100 ribu orang di sektor pemasok, dan lebih dari 60 ribu tenaga kerja di sektor pengolah skrap plastik.
Dia menambahkan banyak terjadi kesalahan informasi terkait plastik low value. Sebab, jika dikelola dengan baik akan mendatangkan penghasilan ekosistem daur ulang.
Kehadiran industri daur ulang plastik juga berperan dalam mengalihkan sampah plastik low value di TPA serta mendukung target Indonesia untuk mengurangi 70 persen sampah plastik di laut pada 2025.
Di Indonesia, sampah plastik juga sudah menjadi komoditas bisnis dan sudah terbentuk komunitas yang mampu memberikan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia.