Terong Gosong NU
Oleh: Dhimam Abror Djuraidjpnn.com - Muktamar Nahdhatul Ulama (NU) di Lampung menjadi panggung persaingan dua tokoh yang merepresentasikan dua generasi yang berbeda.
KH Said Aqil Siradj sebagai petahana mewakili kelompok status quo kalangan senior, dan KH Yahya Cholil Staquf mewakili generasi baru kiai-kiai muda NU.
Kiai Said mewakili kelompok establishment yang selama kepemimpinannya menikmati hubungan yang mesra dengan pemerintahan. Kiai Said sudah menanam saham besar di pemerintahan dengan kehadiran KH Ma’ruf Amin sebagai wakil presiden yang menjadi representasi NU.
Kiai Said juga menjadi benteng terdepan dalam perang melawan radikalisme Islam yang menjadi fokus pemerintahan Jokowi. Program-program deradikalisasi rezim Jokowi mendapatkan legitimasi kuat dari gerakan moderasi dan pribumisasi Islam yang secara konsisten dikampanyekan oleh Kiai Said.
Di bawah kepemimpinan Kiai Said NU mendapatkan deviden yang besar dari kekuasaan. Jatah menteri agama, yang sebelumnya sempat lepas ke tangan militer, akhirnya kembali ke tangan NU dengan penunjukan Yaqut Cholil Qoumas sebagai menteri agama. NU juga mendapat beberapa jabatan komisaris BUMN, termasuk Kiai Said yang menjadi komisaris KAI (Kereta Api Indonesia).
Di bawah kepemimpinan Kiai Said NU mempunyai peran yang lebih progresif dalam aktivitas politik.
Munculnya KH Ma’ruf Amin sebagai pendamping Jokowi adalah wujud dari keterlibatan NU dalam politik praktis. Perhelatan pemilihan presiden pada 2024 mendatang akan menjadi faktor penting bagi NU untuk memilih ketua baru.
Hubungan yang mesra dengan kekuasaan dan resource yang melimpah sebagai petahana membuat posisi Kiai Said cukup kokoh, dan punya peluang lebih besar untuk mempertahankan kekuasaan.