Terpidana Mati Dimakamkan Berdampingan
Minggu, 20 Juli 2008 – 08:22 WIB
Nenek satu cucu itu mengenakan pakaian putih-putih. Kain transparan menutupi wajahnya yang dirias lengkap dengan lipstik. Selimut putih bergambar salib merah ditutupkan pada perut hingga kaki. Usai doa pertama, peti ditutup.
Sebelum diturunkan ke liang lahat, digelar kebaktian pemakaman yang dipimpin Pdt Yani Lim dan dilanjutkan Pdt Gatot. Kalimat Haleluya dan Puji Tuhan didengungkan para jemaat GBI. Dalam kebaktian itu, Yani juga mengajak jemaat mengumandangkan lagu pujian Allah Kuasa. Pujian itu, kata Yani, adalah kesukaan Sumiarsih.
Yani juga mengutarakan pesan terakhir Sumiarsih kepadanya. ”Hidup ini sementara dan singkat. Setiap kita harus senantiasa siap. Datangnya kematian seperti pencuri yang tidak bisa diduga,” ungkap pendeta perempuan itu menirukan ucapan Sumiarsih.
Sekitar pukul 06.45 peti jenazah Sumiarsih pun dikebumikan. Nisan salib bertulisan ”Sumiarsih” dengan spidol biru tertancap di pusaranya. Begitu pula di atas pusara Sugeng, ditancapkan nisan berbentuk kubah dengan tulisan ”Sugeng”, juga dengan spidol biru. Bunga beraneka warna dan harum ditabur di atas kedua pusara. (yos)