The Last Reporter
Otodidak
Ajay lahir di Sunter, Jakarta Utara, 1964. Pendidikan formal diampuhnya di Madrasah Ibtidaiyah Sunter Jaya, Madrasah Tsanawiyah At-Tahiriyah Kampung Melayu, Madrasah Aliyah Negeri 1 Grogol dan Fakultas Hukum Universitas Ibnu Khaldun Jakarta.
Keturunan Haji Saumin, tuan tanah Sunter keturunan Bugis yang kini menjadi salah satu pimpinan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) ini mengaku mempelajari ilmu jurnalistik secara otodidak.
Mula bergabung dengan RRI, dia bekerja di seksi Monitoring dan Dokumentasi, Subdit Pemberitaan. Tugasnya menerima dan mencatat nota kooordinasi dari RRI pusat dengan RRI daerah.
"Setiap hari saya menerima berita dari daerah, yang dijadikan konsumsi untuk berita secara nasional tentang kejadian-kejadian di daerah," kenangnya.
Aktivitas ini mendorong hasratnya menjadi wartawan. Dia mulai banyak bertanya. Menimba ilmu dari para wartawan di kantor itu. Mimpi jadi kenyataan. Ajay pun jadi wartawan.
"Setiap ketemu Sasli Rais, legenda reportase olahraga RRI, saya selalu bertanya ini…bertanya itu," ujarnya.
Saat itu dia berpikir, hanya orang pilihan yang bisa jadi reporter olahraga. Karena harus punya kemampuan berbicara terus menerus, kata demi kata, menggambarkan sebuah alur pertandingan sampai pada titik klimaks.